Twitter Facebook Delicious Digg Stumbleupon Favorites More

Saturday, December 1, 2012

Rakyat Tunisia Gelar Demonstrasi Besar

DETIK ISLAMI - NEWS
RATUSAN orang terus melakukan demonstrasi di Tunisia. Demonstrasi selama tiga hari berturut-turut sejak hari Selasa (27/11) ini, menimbulkan kekhawatiran akan terjadinya gelombang kekerasan baru setelah bentrokan berdarah terjadi pada hari sebelumnya.

Para pengunjuk rasa di Siliana berkumpul di markas serikat pekerja (UGTT )Tunisia, yang telah menyerukan pemogokan umum, sebelum turun ke jalan untuk menuntut langkah pemerintah yang menaikkan harga bahan pokok, serta menuntut pembebasan demonstran yang ditangkap pada bulan April 2011.
Bentrokan dengan polisi di Siliana pada hari Rabu (28/11), melukai lebih dari 250 orang, namun pemimpin UGTT, Nejib Sebti mengatakan dia berharap kekerasan akan berakhir pada hari Jum’at (30/11).
“Tidak akan ada kekerasan karena polisi telah ditarik, namun gubernur Siliana (Ahmed Ezzine Mahjoubi) harus turun dari jabatannya untuk mengakhiri pemogokan,” kata Sebti.

Perdana Menteri Tunisia, Hamadi Jebali bersikeras untuk mempertahankan Gubernur Mahjubi agar tidak turun dari pimpinannya.
Tidak ada polisi di jalan-jalan kota pada Kamis (29/11) pagi, seorang wartawan AFP melaporkan, bahkan di luar kantor pusat gubernur, yang diserang pada hari sebelumnya.
Banyak ban dibakar dan batang-batang pohon tumbang berserakan di jalan-jalan, akibat tanda-tanda kekerasan, dan banyak toko ditutup.
“Kami ingin pemerintah berbuat adil. Kami adalah manusia yang terbuat dari daging dan tulang,” kata Maoubi, seorang pengunjuk rasa.
Share:

KISAH INSPIRATIF - SELAMAT JALAN AYAH

(Catatan kecil seorang anak, mengiringi kepergian ayah tercinta)
Ayah,
Sengaja ku tulis sebagian kenangan terindah bersamamu hingga Allah  menetapkan batas akhir  aku bisa bicara denganmu secara langsung. Bukan sebuah kebetulan tentunya bahwa batas itu Allah takdirkan sehari sebelum usiaku genap 43 tahun. 9 Nopember 2012, sebuah hari yang Insya Allah akan aku ingat karena ada pelajaran besar dan sangat berharga dari Allah untukku.
Ayah,

Masih sangat segar dalam ingatanku ketika 24 tahun lalu sebelum aku meninggalkan rumah untuk mencari karunia Allah engkau berpesan dengan penuh keyakinan :” Ini buminya Allah, nak. Disanapun walaupun jauh dan ayah tidak bisa melihatmu setiap hari juga buminya Allah. Pemiliknya satu, mintalah kepada pemiliknya terhadap berbagi hal. Jangan lupa istiqomahlah dengan salah satu amalan Rasulullah yaitu puasa sunah Senin-Kamis. Insya Allah kamu akan selalu diberi Allah jalan keluar dari berbagai kesulitan.”
Jujur, kalimat tersebut menghujam kuat disanubariku, menguatkan mental dan jiwaku. Ada  sandaran kuat yang ayah tanamkan kepadaku yaitu Allah dan Rasulnya. Semampuku aku berusaha untuk bisa istiqomah dengan nasehatmu, walaupun mungkin masih jauh dari harapanmu.
Setelah hari itu, mulailah aku belajar mengarungi kehidupan yang cukup keras ini dengan segala liku-likunya tanpa bimbingan langsung dari ayah. Sedang aku sendiri sudah tidak banyak tahu aktifitas keseharian ayah. Cuman sering kali aku merasa rindu dengan nasehat ayah yang selalu menyejukkan hatiku.
Ayah,

Kalaulah Allah menghendaki sakitmu sebulan kemarin tentunya bukan tanpa maksud. Sungguh selama ini memang Allah rasanya tidak pernah memberimu sakit yang cukup berat. Paling banter pusing atau capek dan alhamdulillah paginya sudah sembuh. Satu hal yang membuatku malu ketika ayah merasa merepotkan anak-anaknya ketika harus keluar masuk rumah sakit sebagai ikhtiar. Betapa hanya dengan beberapa hari saja di rumah sakit ayah sudah merasa merepotkan kami sebagai anak-anaknya. Padahal kami justru yang selalu merepotkanmu dari bayi sampai kemarin itu. Nggak sanggup aku menghitung  jasamu, ayah…. .
Hari yang sangat berat bagiku ketika dalam perjalanan 3 adikku yang sudah duluan menungguimu di rumah sakit masing-masing memintaku agar segera ke rumah sakit. Aku nggak menghitung lagi waktu tempuh Cepu-Blora yang biasanya sekitar 45 menit. Yang ku tahu pedal gas sudah kuinjak dengan sempurna sembari konsentrasi di beberapa tikungan yang cukup tajam. Aku hanya berfikir pasti ada sesuatu yang besar yang ingin ayah sampaikan kepadaku.
Sesaat setelah sampai ke ruang Mawar kucium tanganmu dan kupeluk badanmu yang semakin kurus. Aku terkejut ketika ayah kutanya apakah yang dirasakan dan bagaimana dengan obat yang diberikan dokter. “ Ayah sudah nggak kuat lagi nak, ayah sudah semampunya berusaha untuk bisa minum obat dan sedikit makanan yang disiapkan rumah sakit. Semuanya sudah di tolak oleh tubuh ayah, semua sudah nggak bisa masuk. Seandainyapun Allah menghendaki ayah untuk sowan( menghadap) sebaiknya tidak di sini, tapi di rumah saja.” Pecah tangis istri dan adik-adikku…

Aku berusaha tabah untuk menerima nasehat dan keinginan berikutnya dari ayah. “ Sekarang urus kepulangan ayah dari rumah sakit dan hubungi 2 adikkmu yang masih di Berau (Kaltim).” Berbagi tugas dengan adikku ke 4 yang kebetulan sudah duluan sampai dari Pontianak untuk mengurus segala administrasi, aku berusaha menghubungi adik-adikku sesuai permintaanmu. Sempat salah satu adikku keberatan kalau ayah dibawa pulang dengan kondisi seperti itu. Pelan-pelan aku jelaskan pada mereka bahwa seandainya jalan terbaik bagi ayah adalah panggilan Allah, kasihan sekali kalau ayah merasa tertekan secara psikis dan kitapun tidak mungkin bisa menungguinya saat berada di ruang perawatan. Entahlah, aku melihat betapa ayah sudah begitu ikhlas ingin segera menghadap Rab-nya.
Ayah,

Aku begitu kaget ketika ayah sampai di rumah. Ternyata banyak sudah tetangga yang menunggu. Aku pikir karena ayah baru pulang dari rumah sakit. Ternyata dugaanku keliru. Ibu cerita bahwa rumah ini selalu penuh tamu sejak ayah sakit, dan itu bahkan sampai tengah malam. Setiap hari selalu begitu. Ah, ayah… betapa Allah memuliakanmu. Satu sisi kami senang dengan kunjungan dan do’a mereka walaupun  disisi lain menjadi sangat sulit bagi ayah untuk bisa istirahat. Bahkan sebagian dari mereka rela tidur dengan alas tikar dan sebagian lagi menggelar terpal. Sebagian lagi malah tidur di tegel yang cukup dingin itu. Aku jadi teringat perkataan ayah ketika anak-anakmu dulu kepingin banget merenovasi lantai rumah dengan keramik yang murahan sekalipun. Saat itu ayah menolak secara halus dengan alasan : ” Sudah cukup aja dengan tegel seperti ini, yang umum aja, agar tetangga tidak sungkan kalau mau kesini”. Aku mengerti sekarang…
Dua hari di rumah alhamdulillah ayah mulai bisa minum obat lagi dan sesekali makan bubur.  Kegiatan satu-satunya bagi ayah adalah minta dipijit tangan dan kaki oleh anak-anakmu sambil memutar tasbih di tangan kananmu. Hari ketiga ayah kelihatan lebih segar, masih mau makan bubur dan minum teh hangat. Kadang-kandang ayah menanyakan beberapa anak dan cucunya yang sedang main diluar.

Kamis, hari ke empat ayah dirumah. Kembali kondisi ayah drop. Satu-satunya rizqi yang Allah masih perkenankan masuk ketubuh ayah hanyalah air putih atau teh hangat. Kesadaran ayah masih normal, sehingga aku bisikkan di telinga ayah agar wirid menyebut nama Allah setiap saat. Ayah mengangguk dan dengan lirih ayah melanjutkan wiridnya.  Menjelang magrib ayah bertanya :” Le ( nak), kok belum datang ya yang jemput bapak ?” Aku berusaha meyakinkah ayah kalau kepastian Allah belum sampai waktunya. ” Tolong bapak di doakan dan di ikhlaskan ya .”  Aku  mengangguk sambil mendekati ibu apakah ibu sudah mengikhlaskan ayah kalau harus sowan.
Bedug Magrib baru terdengar dari musholla depan rumah. Aku kumpulkan adik-adikku untuk jamaah dan khusus mendo’akan kebaikan bagi ayah. Kalau seandainya Allah menghendaki ayah sehat, berarti ayah masih diberi kesempatan untuk membimbing kami dan menambah catatan amal kebaikannya, dan seandannyapun Allah menghendaki ayah untuk sowan, itulah yang terbaik karena ayah akan menghadap Yang Maha Penyayang. Ikhtiar harus semaksimal mungkin karena ikhtiar itu juga ada pahalanya. Sedangkan hasil terserah Allah saja, karena aku yakin Allah tidak akan menyia-nyiakan ayah, apalagi ini malam Jumat. Begitu yang kusampaikan kepada adik-adikku.
Malam jumat itu praktis semalam kami tidak tidur, bergantian jaga dengan paman yang kebetulan menginap di rumah. Aku juga senang melihat adik-adik ayah begitu telaten menjaga ayah sambil mengajak ayah untuk selalu berdzikir menyebut asma Allah. Sekira jam 9.00 pagi Jumat itu tiba-tiba ayah terbangun dari dzikir panjang dan memanggil kami satu persatu. Mulai dari ibu, ayah membisikkan kata pamit, kemudian saya, lalu berlanjut ke adik-adik. Dengan isyarat ayah panggil satu persatu yang hadir untuk mendekat kemudian ayah ulurkan tangan untuk meminta maaf. Suasana jadi hening. Tiba-tiba ayah memanggilku untuk mendekat “ Jon, pindahkan ayah dari kamar ini ke ruang tengah supaya orang-orang yang hadir  bisa leluasa mendekat dan mendoakan”. Aku ajak beberapa tetangga untuk memindahkan ayah ke ruang itu. Dan ternyata benar apa yang ayah maksudkan, semakin banyak yang hadir dan mendoakan. Pelajaran yang luar biasa bagiku,ayah……
Jam 9.40 ketika aku lihat ayah berdzikir menyebut asma Allah dengan mata tertutup. Sebutan Allah itu semakin pelan ketika ayah meluruskan kedua kaki dan menaruh kedua tangan bersedekap seperti waktu sholat. Semakin pelan … dan seperti tertidur pulas ayah akhiri kehidupan di dunia ini. Subhanallah. Aku pastikan denyut nadi di beberapa titik dan kudekatkan telingaku di dekat hidung ayah. Innalillahi wa inna ilaihi ro’jiun….

Aku sampaikan kepada ibu dan adik-adikku bahwa ayah telah berangkat sowan kepada Rab-nya. Begitu juga kepada sanak saudara. Kucium ayah untuk terakhir kalinya , diikuti oleh ibu dan adik-adikku. Kulihat adik-adik ayah yang semuanya laki-laki itu mulai merawat dan menyiapkan segala keperluan jenazah. Beberapa orang dari rukun kematian mendekatiku dan bertanya dengan pelan :” Mas, mau diteruskan atau dikebumikan besok jenazahnya?”. Aku jawab : “ Tidak ada yang ditunggu lagi kok mas, ba’da sholat Jumat aja, biar ayah bisa segera bertemu dengan yang dituju-nya”.
Sambil menunggu drum air penuh, aku duduk di kursi teras. Dua orang yang biasa khotbah Jumat di masjid dekat rumah mendekatiku . Mereka bercerita pengalaman bersama ayah. Yang satu bercerita bahwa ayah adalah santri sejak kecil, dan setiap Jumat selalu duluan kemasjid, bahkan ketika masjid masih sepi, duduk persis didepan mimbar, menunggu waktu sambil berdzikir dan tidak pernah dilihat mengantuk pada saat khotbah berlangsung. Aku jadi malu ayah…. , masih jauh yang aku lakukan dan dari contoh yang ayah berikan.
Yang kedua bercerita di setiap beliau menengok ayah ketika sakit sebulan terakhir, selalu ayah dalam keadaan berdzikir sambil memutar tasbih di tangan kanannya. Kalau ayah jamaah sholat Magrib pasti digenapkan dzikirnya sampai masuk waktu Isya. Kalau yang terakhir ini memang sering aku lihat ketika cuti dan ikut berjamaah bersama beliau.

Perkiraanku ayah baru sempat dimandikan setelah Sholat Jum’at. Ternyata keliru. Alhamdulillah semua berjalan cepat. Aku ajak 2 adikku yang laki-laki untuk membopong  jenazah ketika dimandikan, sementara ibu dan adik-adikku yang perempuan ikut menyiramkan air di tubuh ayah. Sesekali kulihat wajah ayah yang kelihatan lebih muda dari umurnya yang sudah 74 tahun, aku lihat kulit ayah menjadi lebih kuning dan bersih. Kurasakan tanganku yang menempel dipunggung ayah, rasa hangat di tubuh ayah. Ah , ayah… , ternyata anakmu ini hanya sekali memangku tubuhmu. Entah berapa ribu atau juta kali engkau lakukan itu terhadap aku dan anak-anakmu.

Selesai memandikan aku dan adik-adikku mandi dan berganti pakain. Betapa terkejutnya aku  ketika keluar kamar mandi ternyata ayah sudah di kafani dan di sholatkan oleh jamaah. Ruang tengah itu jadi penuh sesak. Ah, ayah… semakin yakin aku akan kemurahan Allah padamu hari ini, betapa ayah semuanya ingin cepat. Beberapa adikku bertanya :” Mas kita ketinggalan untuk ikut menyolatkan bapak”. Aku bilang :” Kita tunggu mereka selesai berdo’a, nanti kita anak-anak dan cucu-cucunya sholat jenazah sendiri”.
Ayah,
Aku menyaksikan sendiri betapa ayah begitu dekat dengan tetangga dan jamaah masjid. Selesai sholat Jumat seluruh jamaah masjid datang ke rumah untuk menyolatkan ayah . Sholat jenazah yang ketiga pada hari itu. Masya Allah. Beberapa pengurus masjid cerita kalau ayah selalu paling duluan kalau diajak kerja bhakti di masjid. Bahkan untuk urusan masjid atau musholla ayah tidak pernah menyuruh orang lain untuk membeli semen misalnya. Ayah selalu berangkat sendiri dengan sepeda tua kesayangan ayah, walaupun sebaliknya ketika ayah perlu beli semen untuk rumah biasanya minta tolong keponakan yang memang tidak jauh dari rumah. Pernah siang hari tiba-tiba ayah membawa 3 batang besi dengan sepeda karena tiang pengeras suara musholla depan rumah yang sebelumnya dari bambu itu roboh dimakan usia.
Keberangkatanmu ke liang lahat juga aku rasakan sangatlah cepat. Hampir aku tidak mampu mengikuti langkah cepat adik-adikku dalam mengantarmu ke makam. Begitupun ketika engkau kami turunkan ke liang lahat, terlihat tenang di wajah ayah.
Ayah,
Kalau saat ini aku sudah tidak mungkin lagi menemani dan menungguimu, sungguh kami anak-anakmu sudah menyerahkan engkau kepada Yang Maha Rahman dan Rahim, yang pengasihnya tidak tertandingi oleh kasihnya mahkluk, termasuk sayangnya kami kepadamu. Tetap saja lebih banyak dan tak terhingga Rahimnya Allah kepada makhluknya. Kami berkhusnudhon kepada-Nya atas kemurahan-Nya terhadap ayah. Ayah dipanggil dalam keadaan berdzikir dan hari Jumat. Ini tentu karunia luar biasa untuk ayah dan kami anak-anakmu. Ayah di takdirkan dipanggil oleh Allah dengan didampingi oleh ibu, paman, bibi, anak, dan semua cucumu. Ayah ditakdirkan bisa memohon maaf kepada seluruh yang hadir hari itu. Masya Allah. Sungguh kami sangat bersyukur dengan keadaan ini walaupun satu sisi kami merasa kehilanganmu.
Aku hanya bisa senantiasa berdo’a untuk memohonkan ampunan kepada yang Maha Pengampun dan memohonkan kebaikanmu di alam kubur dan di alam akherat kelak. Insya Allah kami pasti menyusulmu….

اَللَّهُمَّ اغْفِرْ لَهُ وَارْحَمْهُ وَعَافِهِ وَاعْفُ عَنْهُ، وَأَكْرِمْ نُزُلَهُ، وَوَسِّعْ مَدْخَلَهُ، وَاغْسِلْهُ بِالْمَاءِ وَالثَّلْجِ وَالْبَرَدِ، وَنَقِّهِ مِنَ الْخَطَايَا كَمَا نَقَّيْتَ الثَّوْبَ اْلأَبْيَضَ مِنَ الدَّنَسِ، وَأَبْدِلْهُ دَارًا خَيْرًا مِنْ دَارِهِ، وَأَهْلاً خَيْرًا مِنْ أَهْلِهِ، وَزَوْجًا خَيْرًا مِنْ زَوْجِهِ، وَأَدْخِلْهُ الْجَنَّةَ، وَأَعِذْهُ مِنْ عَذَابِ الْقَبْرِ وَعَذَابِ النَّارِ

Source: http://www.eramuslim.com
Share:

2 Muslim Bintang NFL Amerika Lebih Memilih Naik Haji Dibandingkan Puncak Karirnya

PADA puncak karir mereka, dua Muslim bersaudara pemain National Football League (NFL) Amerika, Husain dan Hamza Abdullah, terlihat secara “sukarela” mengorbankan jutaan dolar nilai pertandingan ketika mereka memutuskan absen dalam pertandingan demi untuk bisa pergi ke Mekkah menunaikan ibadah haji.

Kedua pemain Muslim ini merasakan adanya kebutuhan mendesak berangkat ke Mekkah untuk menunaikan ibadah haji tidak hanya sekedar mencari pemenuhan spiritual yang lebih besar, tetapi juga dalam upaya memelihara toleransi yang lebih besar atas iman Islam mereka, jaringan televisi NBC melaporkan.
Ketika koresponden NBC Mary Carillo bertanya kepada Husain, 27, kenapa dia memutuskan untuk pergi dalam perjalanan ke Mekkah pada tahun 2012 ini, Husain mengatakan “itu adalah cerita panjang … Tahun lalu, ada perang batin dalam hatiku di jiwaku … sesuatu yang akhirnya secara drastis hilang. ”
“Kami sudah bermain sepak bola sejak kami berusia 8 tahun,” kata Husain Carillo.

“Ada lebih kehidupan daripada ini semua,” ujarnya, menambahkan bahwa ia dan Hamza, 29, merasakan hal yang sama dan perlu melakukan sesuatu yang lebih besar di luar bermain sepak bola.
Dengan demikian, Husain, yang telah menjadi seorang starter dengan klub Minnesota Vikings, dan kakaknya, Hamza, yang bermain di Arizona Cardinals, membuat keputusan untuk terbang ke Mekkah Oktober lalu dalam upaya menunaikan ibadah haji.

Berada di tengah-tengah kerumunan jamaah haji di Mekkah dan menghabiskan berjam-jam di jalanan, semuanya itu dilihat oleh Husain sebagai pelajaran untuk mengajarkannya bagaimana “bekerja dalam kesabaran.”
Didampingi oleh tim koresponden NBC ke Mekkah, para pemain NFL ini terlihat mengenakan dua lembar kain putih seperti jamaah haji lainnya dan tidur di tempat tidur sederhana, yang hal itu bertolak belakang dengan kehidupan mereka sehari-hari sebagai bintang olahraga yang biasanya mendapatkan layanan hotel mewah.
Share:

BENARKAH JILBAB ADALAH BUDAYA ARAB..??

DETIK ISLAMI - ANDA HARUS TAU
PERTAMA mendengar nama IPB mungkin yang terlintas tidak hanya sebatas nama besarnya sebagai Institut Pertanian Bogor. Lebih dari itu, bisa jadi nama IPB memiliki arti berbeda, antara lain yang pertama adalah Institut Pleksibel Banget (lafadz huruf ‘F’ dari kata ‘fleksibel’ dalam ejaan bahasa Sunda menjadi ‘P’). Hal ini karena lulusan IPB terkenal bisa bekerja di beragam profesi, mulai dari wartawan, karyawan bank, peneliti, dosen hingga menteri. Kedua, IPB juga sering disebut sebagai Institut Pesantren Bogor. Untuk yang satu ini, IPB memang ibarat pesantren bagi para mahasiswa/inya serta para dosen dan karyawan/ti yang mayoritas muslim. Suasana islami kampus IPB sangat kondusif untuk pembelajaran dan perkembangan pemikiran Islam di kalangan civitasnya. Istilah ‘pesantren’ itu juga didukung adanya fakta bahwa 90% mahasiswi, dosen dan karyawati muslimah di IPB menutup aurat alias mayoritas berkerudung, atau yang di Indonesia kerudung sering diistilahkan dengan ‘jilbab’. Akan tetapi, apakah memang kerudung sama dengan jilbab??

Fenomena menutup aurat
Di era tahun 1980-1990-an, kerudung dan jilbab disebut sebagai simbol gerakan baru keagamaan di Indonesia. Hal ini karena di mana kaum muda di kalangan mahasiswa dan pelajar cenderung melakukan purifikasi dalam sikap keberagamaan mereka, termasuk dalam berbusana. Seiring dengan perjalanan zaman, penggunaan kerudung dan jilbab mulai mengalami perkembangan pesat. Di abad 21, penggunaan kerudung dan jilbab semakin marak di berbagai kalangan, melintasi batas-batas kalangan pelajar dan mahasiswi yang menjadi perintis. Pada universitas-universitas negeri maupun swasta, mahasiswi yang berkerudung dan berjilbab lebih banyak dibandingkan mahasiswi yang tidak berjilbab. Kerudung dan jilbab pun mulai menjadi trend perempuan muslimah.

Kerudung dan jilbab sebagai kewajiban dari Allah
Seorang muslimah mengenakan kedua pakaian syar’iy (kerudung dan jilbab) sebagai refleksi keimanannya kepada Allah Swt. Iman yang benar pasti akan mendorong seorang mukmin untuk melaksanakan perintah Allah dan Rasul-Nya yang diimaninya. Firman Allah Swt: “Dan tidaklah patut bagi laki-laki yang mu’min dan tidak (pula) bagi perempuan yang mu’min, apabila Allah dan Rasul-Nya telah menetapkan suatu ketetapan, akan ada bagi mereka pilihan (yang lain) tentang urusan mereka. Dan barangsiapa mendurhakai Allah dan Rasul-Nya maka sungguhlah dia telah sesat, sesat yang nyata.” (TQS Al-Ahzab [33]: 36). Kerudung dan jilbab wajib dipakai ketika dirinya sudah baligh (sudah mengalami menstruasi). Penggunaan kerudung harus disertai jilbab, demikian pula sebaliknya. Kerudung dikenakan bersama jilbab ketika keluar rumah ataupun berinteraksi dengan orang yang bukan mahram.

Kerudung
Kerudung atau khimar merupakan penutup kepala yang disyariatkan Allah Swt kepada perempuan muslimah, sebagaimana firman Allah Swt: “Katakanlah kepada perempuan yang beriman: ‘Hendaklah mereka menahan pandangannya, dan memelihara kemaluannya, dan janganlah mereka menampakkan perhiasannya, kecuali yang (biasa) nampak daripadanya. Dan hendaklah mereka menutupkan kain kudung ke dadanya, dan janganlah menampakkan perhiasannya, kecuali kepada suami mereka, atau ayah mereka, atau ayah suami mereka, atau putera-putera mereka, atau putera-putera suami mereka, atau saudara laki-laki mereka, atau putera-putera saudara laki-laki mereka, atau putera-putera saudara perempuan mereka, atau perempuan-perempuan Islam, atau budak-budak yang mereka miliki, atau pelayan-pelayan laki-laki yang tidak memiliki keinginan (terhadap perempuan) atau anak-anak yang belum mengerti tentang aurat perempuan. Dan janganlah mereka memukulkan kakinya agar diketahui perhiasan yang mereka sembunyikan. Dan bertaubatlah kamu sekalian kepada Allah, hai orang-orang yang beriman supaya kamu beruntung.’” (TQS An-Nuur [24]:31).
Kriteria pemakaian kerudung adalah tidak tipis. Jika tipis maka harus diberi lapisan tebal di bawahnya. Batas minimal panjang kerudung adalah amenutupi juyuub (dada) serta harus menutupi kepala, rambut, dua telinga, leher dan dada. Adapun kerudung yang tidak sesuai syariat: tidak menutup leher, hanya sampai menutup leher, tidak menutup telinga, rambut masih terlihat, memperlihatkan perhiasan seperti kalung dan anting, tipis/transparan dan ketat membentuk lekuk kepala/tubuh.

Jilbab
Jilbab berasal dari akar kata jalaba (jamaknya jalaabib), yang berarti menghimpun dan membawa. Jilbab adalah pakaian luar yang menutupi segenap anggota badan dari kepala hingga kaki perempuan dewasa, sebagaimana firman Allah Swt: “Hai Nabi katakanlah kepada istri-istrimu, anak-anak perempuanmu dan istri-istri orang mukmin: ‘Hendaklah mereka mengulurkan jilbabnya ke seluruh tubuh mereka’. Yang demikian itu supaya mereka lebih mudah untuk dikenal, karena itu mereka tidak diganggu. Dan Allah adalah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” (TQS Al-Ahzab [33]: 59).
Selanjutnya, hadits dari Ummu ‘Athiyah yang berkata: “Rasulullah saw telah memerintahkan kepada kami untuk keluar (menuju lapangan) pada saat Hari raya Idul Fitri dan Idul Adha; baik perempuan tua, yang sedang haid maupun perawan. Perempuan yang sedang haid menjauh dari kerumunan orang yang sholat, tetapi mereka menyaksikan kebaikan dan seruan yang ditujukan kepada kaum muslim. Aku lantas berkata, “Ya Rasulullah saw, salah seorang di antara kami tidak memiliki jilbab.” Beliau kemudian bersabda, “Hendaklah salah seorang saudaranya meminjamkan jilbabnya.” Ketika Ummu ‘Athiyah bertanya tentang seseorang yang tidak memiliki jilbab, tentu perempuan tersebut bukan dalam keadaan telanjang, melainkan dalam keadaan memakai pakaian yang biasa dipakai di dalam rumah yang tidak boleh dipakai untuk keluar rumah. Dan perempuan yang tidak memiliki jilbab harus meminjam kepada saudaranya. Jika saudaranya tidak bisa meminjamkannya, maka yang bersangkutan tidak boleh keluar rumah.
Jilbab seringkali disebut sebagai budaya bangsa Arab. Jilbab bukanlah budaya bangsa Arab, jilbab merupakan syariat Islam. Jika jilbab merupakan budaya bangsa Arab, tentu ayat itu tiada berguna. Ayat tentang kewajiban berjilbab ini turun di Madinah. Hikmah mengenakan jilbab adalah supaya lebih mudah dikenal sehingga tidak diganggu. Bagian akhir ayat bahwa ‘Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang’ dimaksudkan bahwa Allah Maha Pengampun dan Maha Penyayang terhadap apa yang telah berlalu di masa jahiliyah di mana mereka belum mengetahui dan memahami tentang kewajiban jilbab.
Di zaman Rasulullah saw, jika orang-orang fasik melihat seorang perempuan yang mengenakan jilbab, maka mereka mengatakan bahwa ini perempuan merdeka dan mereka tidak berani mengganggu perempuan itu. Jika mereka melihat perempuan itu tidak mengenakan jilbab, maka mereka mengatakan bahwa ini budak perempuan, sehingga mereka menggodanya. Perempuan berjilbab itu menjadi mulia karena diketahui bahwasanya mereka adalah perempuan merdeka sehingga orang-orang fasik itu tidak mengganggunya. Orang-orang fasik tidak berani mengganggu muslimah, karena pelecehan terhadap muslimah akan menerima hukuman besar. Disamping itu, segala gangguan dan pelecehan terhadap muslimah pada hakikatnya adalah pelanggaran terhadap kehormatan kaum muslimin secara keseluruhan.
Bentuk pakaian wanita yang tidak termasuk kriteria jilbab adalah sebagai berikut:
• rok panjang dan baju kurung
• celana panjang dan baju kurung
• kerudung panjang sampai menutupi pantat tetapi jubahnya tidak sampai telapak kaki
• jubah panjang sampai telapak kaki tetapi ada potongan/belahan di pinggir pakaian dari bawah sampai betis, lutut atau paha
• jubah sampai telapak kaki tetapi ketat sehingga membentuk lekuk tubuh
• jubah sampai telapak kaki dan luas tetapi transparan sehingga terlihat warna kulit tubuhnya
• jubah sampai telapak kaki, luas dan tidak transparan tetapi bukan merupakan baju luar karena di dalamnya tidak ada pakaian rumah (mihnah).

Solusi
Islam memandang perempuan sebagai suatu kehormatan yang wajib dijaga dan dipelihara. Islam mensyariatkan kerudung dan jilbab adalah untuk menjaga dan memelihara kehormatan itu. Nabi saw bersabda: “Perempuan itu adalah aurat.” Badan perempuan harus ditutupi sebagai aurat yang merupakan kehormatan baginya. Jika aurat itu dilihat orang yang tidak berhak, maka perempuan itu dilecehkan kehormatannya.
Para perempuan yang tidak memakai pakaian syar’iy (kerudung dan jilbab) di depan umum, berarti dia telah menyia-nyiakan payung hukum baginya. Perempuan yang mengobral auratnya sesungguhnya telah menjatuhkan martabat dan kehormatannya sendiri. Ini tidak diperkenankan dan pelakunya bisa dikenakan hukuman ta’zir (hukuman untuk mendidik) oleh negara. Dalam sistem peradilan Islam, hakim bisa menjatuhkan hukuman jilid pada perempuan yang keluar rumah tanpa mengenakan kerudung dan jilbab. Jika mengulangi lagi, maka perempuan itu akan diasingkan selama 6 bulan. [Nindira Aryudhani]
Disarikan dari buku “Jilbab, antara Trend dan Kewajiban”
Share:

Friday, November 30, 2012

Mantan Tukang Tato Yakuza Jadi Imam Masjid di Jepang

Masih Ingatkah dengan KIsah yang satu ini..
yah kisah Seorang Mualaf di Jepang. Nama aslinya Taki Takazawa. Rambutnya gondrong dan tubuhnya dipenuhi tato. Secara penampilan, dia nampak mirip dengan anggota kelompok mafia Jepang, biasa disebut Yakuza. Dia memang mantan tukang tato para anggota geng paling ditakuti di Negeri Matahari Terbit itu. Selama 20 tahun profesi itu digelutinya.
Tapi pandangan negatif pada penampilan fisiknya itu berubah saat dia mengumandangkan Azan. Takazawa kini menjadi Imam sebuah masjid di Ibu Kota Tokyo. Setelah mengucapkan dua kalimat Syahadat, Takazawa mencantumkan nama muslim Abdullah, berarti Hamba Allah Subhanahuwata’ala
Perkenalannya dengan Islam secara tidak sengaja terjadi di Wilayah Shibuya.

Takazawa melihat seseorang dengan kulit dan janggut putih. Orang itu juga mengenakan baju dan turban warna suci. “Orang itu memberikan sebuah kertas dan menyuruh saya membaca kalimat tertera bersama dia,” ujarnya seperti dilansir islamicmovement.org (2010).
Kalimat itu ternyata Syahadat, pengakuan pada ke-esaan Allah Subhanahuwata’ala dan Muhammad Shalallahu’alayhi wasallam sebagai utusannya. Meski tak paham secara keseluruhan, Takazawa pernah mendengar sepintas Allah dan Muhammad. Seperti kebanyakan penduduk Jepang, Takazawa menganut aliran kepercayaan Shinto.
Pertemuan dengan orang serba putih itu membekas di ingatan Takazawa. Dua tahun setelah memeluk Islam, dia bertemu lagi dengan sosok inspiratifnya itu. “Ternyata dia pernah menjadi Imam di Masjid Nabawi, Kota Madinah, Arab Saudi. Saya bersyukur bisa bertemu dengannya,” katanya.
Imam Masjid Nabawi itu meminta Takazawa untuk menjadi Imam di masjid di wilayah Shinjuku. Sebelumnya, dia melaksanakan ibadah haji dan menimba ilmu beberapa bulan di Kota Makkah. Nama Takazawa terkenal lantaran dia menjadi satu diantara lima imam Masjid besar di Jepang, dari 13 juta populasi manusia di Tokyo.
Share:

‘Takbir Kami Sudah Menggetarkan Tentara Suriah’

Laporan Langsung Tim HASI Dari Suriah

DETIK ISLAMI - NEWS

Dari beberapa pemuda paramedis di klinik yang kami (Tim Hilal Ahmar Society Indonesia/HASI) singgahi hari ini, ada seorang pemuda asal Latakia. Namanya Aiman, usia 22 tahun.
Seperti kebanyakan warga Suriah lainnya, pemuda yang sempat mengenyam kuliah Fakultas Kedokteran selama tiga tahun ini sangat ramah menyambut kami.

“Saya berhenti kuliah untuk bergabung dengan teman-teman lain, merawat rakyat yang dizalimi penguasa kami sendiri,” tuturnya kepada Tim HASI.
Tanpa kami minta, dengan runut Aiman menceritakan ihwal revolusi yang memakan banyak korban jiwa kawan dan kerabatnya. Termasuk aktivitasnya di awal revolusi meletus, Januari 2010 silam.
“Bibit perlawanan ini kami tanam dari masjid. Demonstrasi rutin kami lakukan usai shalat Jumat,” ungkapnya mulai bercerita. “Mengapa shalat Jumat? Karena satu-satunya wadah berkumpul yang tidak bisa dicegah oleh pemerintah adalah shalat Jumat.”

“Kami tak punya senjata apapun, selain hanya pekikan takbir. Itupun, dibalas oleh tentara dengan timah panas. Ya, meski kami hanya bisa bertakbir, itu sudah menggentarkan mereka,” ujar Aiman.
“Karenanya, Anda bisa ditangkap hanya gara-gara bertakbir!” Sejenak ia menghela nafas dan membetulkan duduknya. Sesaat matanya menerawang ke atas, seperti mengenang sesuatu.
“Ketika demonstrasi sudah tak mungkin lagi dilakukan karena ganasnya tentara, kami di Latakia sepakat untuk tetap menggemakan takbir,” ia melanjukan ceritanya.

“Setiap malam, kami menyaksikan taushiyah dan tahridh (motivasi perjuangan) yang disampaikan Syaikh Adnan Al-Arudh lewat televisi. Tayangan itu berakhir pukul 00.00,” lanjutnya. “Begitu  tayangan berakhir, kami membuka pintu dan jendela untuk meneriakkan takbir bersama-sama. Jadilah Latakia bergelimang gema takbir.”
“Tentara Bashar Asad pun menjawab dengan tembakan. Saat menembak, posisi mereka merunduk dan mengendap-endap bersembunyi. Padahal kami tak punya senjata apa-apa. Sasaran mereka adalah setiap pintu dan jendela yang terbuka. Tujuannya untuk menakut-nakuti agar jangan sampai orang bertakbir. Hingga suatu hari ada seorang bocah yang duduk di jendela tewas disambar peluru mereka.”
Aiman lalu menceritakan bagaimana saat demo, temannya luka tertembak. Ia dan kawan-kawannya berusaha menyelamatkan teman tersebut dengan mencari dokter rumahan.


“Tidak mungkin kami bawa ke rumah sakit. Pasien yang saat itu masuk ke RS dengan luka tembak di kaki, misalnya, pulang sudah menjadi mayat dengan luka tembak di kepala. Rumah sakit menjadi ladang pembantaian,” tuturnya.
Kami larut dalam cerita Aiman. Ia begitu nyata menggambarkan keadaan yang dialaminya dalam cerita tersebut. Sampai tak terasa jam menunjukkan pukul 16.00.
Sesuai jadwal resminya, klinik sudah boleh tutup. Tapi dalam praktiknya, klinik tak pernah tutup. Jam berapa pun pasien harus dilayani. (AY/Tim Ketiga HASI untuk Suriah)
Share:

Parlemen Mesir Tetapkan Syariah Islam Sebagai Sumber Hukum Utama Legislasi

DETIK ISLAMI - NEWS
DI BALIK semua pergolakan yang sedang terjadi di Mesir, parlemen negeri itu menetapkan konstitusi baru Mesir untuk tetap menjaga prinsip-prinsip hukum Islam sebagai sumber utama perundang-undangan Mesir. Konstitusi ini dihasilkan dari siding parlemen yang dilaksanakan Kamis (29/11/2012) kemarin.
Ada 234 artikel dalam rancangan konstitusi baru itu sebelum dikirim kepada Presiden Muhamed Mursi untuk disetujui. Isi dari artikel undang-undang baru inilah yang menjadi keberatan kaum liberal dan kiri Mesir.
Setelah itu, Mursi harus melakukan referendum.
Ikhwanul Muslimin, yang mengantarkan Mursi menuju kursi presiden, berharap bahwa persetujuan konstitusi yang cepat akan membantu mengakhiri krisis yang sekarang terjadi.

Ada yang menarik diperhatikan dalam Pasal Dua konstitusi ini yang menggambarkan sumber hukum Mesir tetap sama. Konstitusi memuat ketentuan-ketentuan baru yang menjelaskan “prinsip-prinsip” hukum Islam, yang dikenal sebagai syariah.
Undang-undang baru juga menyatakan bahwa Al-Azhar, sebuah institusi besar yang menjadi kebanggaan Mesir, harus terus berafiliasi pada “hal-hal yang berkaitan dengan syariah Islam”.

Undang-undang baru ini juga membatasi kekuasaan presiden hanya selama dua periode saja, 10 tahun maksimal. Bandingkan  dengan Husni Mobarak yang menguasai selama tiga dekade lebih.
Proses pembentukan undang-undang inilah yang diyakini oleh para kaum liberal, demokrat, sosial, dan kiri Mesir bahwa Ikhwanul Muslimin dan sekutunya telah meminggirkan mereka dalam proses penyusunannya.
Banyak pihak terlibat dalam penyusunan undang-undang ini, seperti Liga Arab dan perwakilan Kristen Koptik Mesir.
Share:

Cari Artikel Di Sini.

Advertice

loading...

Recent

Kitab AlHikam

WebAris.Id

Copyright © Irsyah Putra
Author by Healthy Life | Support by WebAris.Id