Twitter Facebook Delicious Digg Stumbleupon Favorites More

Friday, December 23, 2016

Bagaimana Cara Wanita Bersedekah?

Bagaimana wanita bisa bersedekah, sedang mayoritas mereka adalah ibu rumah tangga dan mereka juga tidak punya gaji atau gaji tidak seberapa untuk disedekahkan?

Ketika seorang wanita mendengar tentang keutamaan sedekah, tentu wanita itu merasa perih dan berandai seraya berkata: "Bagaimana, sedangkan aku tak memiliki uang?"

Kendati demikian, para segenap wanita diperintahkan untuk bersedekah.

Rasulullah SAW bersabda:
"Wahai segenap wanita, bersedekahlah, dan perbanyaklah istighfar, sebab aku melihat kalian sebagian mayoritas penghuni neraka."

Dan sabda beliau itu tentu akan menambah khawatir dan rasa takut pada diri wanita.

Dan bagaimana solusinya?

Sebenarnya mudah, sesungguhnya karunia dan kemurahan Allah swt begitu luas dan tiada henti. Dia menjadikan sedekah bukan hanya sebatas harta. Namun, setiap pintu kebaikan adalah sedekah.

Berikut contoh-contoh yang menunjukkan bahwa sedekah itu beranekaragam:
  1. Setiap tasbih dan tahmid adalah sedekah.
  2. Setiap takbir dan tahlil adalah sedekah.
  3. Amar ma'rufnahimunkar (menganjurkan yang baik dan mencegah yang buruk) adalah sedekah.
  4. Senyum wanita kepada suami dan anak-anaknya, serta kepada sesama kaum muslimat adalah sedekah.
  5. Dua rakaat dhuha menyamai 360 sedekah.
  6. Menahan diri dari keinginan untuk berbuat buruk, itupun sedekah.
  7. Singkirkanlah setiap bentuk gangguan yang dapat mencelakakan orang di jalan, itupun sedekah.
  8. Mengucapkanlah salam kepada siapa saja yang ditemui, itupun sedekah.
  9. Berilah makan burung atau binatang lainnya atau manusia, itupun sedekah.
  10. Memuliakanlah tamu di rumah yang melebihi 3 hari, itupun sedekah.
  11. Berusahalah menolong dan membantu orang lain, baik dengan materi maupun non materi, itupun sedekah.
  12. Tuntutlah ilmu agama, ajarkan dan sebarkan, baik dengan cara mendengar, membaca, atau menulis sesuai kemampuan, itupun sedekah.
  13. Memberi seteguk air untuk orang yang haus adalah sedekah.

Share:

Friday, September 16, 2016

Tanda-Tanda Datangnya Hari Kiamat

Sebelum hari kiamat itu benar-benar datang dan terjadi, maka akan terdapat tanda-tanda yang berupa berbagai macam peristiwa dan kejadian. Adapun tanda-tanda akan terjadinya kiamat itu sendiri terdiri dari 2 kelompok.

Tanda-tanda kecil datangnya hari kiamat.
Yang pertama adalah merupakan tanda-tanda kecil, yaitu menandakan sekalipun saat datangnya hari kiamat sudah dekat, tapi masih agak lama juga. Tanda-tanda kecil ini diantaranya sudah nampak kita saksikan dan kita alami sekarang.

Hal ini telah nyata disebutkan dengan tegas di dalam sebuah Hadits, bahwa pada suatu hari Nabi Muhammad saw. keluar di hadapan orang banyak, lalu beliau didatangi malaikat Jibril seraya Jibril berkata: "Wahai Rasulullah, kapan saat datangnya hari kiamat?" Rasulullah menjawab: "Orang-orang yang ditanya itu tentunya tidak lebih mengerti dari orang yang bertanya". Namun demikian saya akan memberitahukan kepada anda tentang tanda-tandanya, yaitu;
    • Apabila perempuan budak telah melahirkan tuannya, itulah setengah dari tanda-tandanya; jika orang-orang yang telanjang kaki juga telanjang tubuhnya serta pekerjaannya pengembala kambing tiba-tiba menjadi kepala-kepala orang banyak, itu juga setengah dari tanda-tandanya; dan apabila pengembala kambing itu bermegah-megah di dalam gedung-gedung besar, itulah setengah dari tanda-tandanya. (HR. Ibnu Abi Syaibah dari Abi Hurairah)
Dalam hadits lain yang diberitakan oleh Anas ra. bahwa Nabi Muhammad saw. bersabda:
    • Bahwasanya setengah dari tanda-tanda hari kiamat ialah: ilmu diangkat; tampaknya kebodohan; perzinaan tersebar luas; khamr (arak ~ minuman keras) diminum (dengan leluasa bahkan sebagai kebanggaan); orang laki-laki pada pergi (banyak laki-laki yang mati dan bayi laki-laki sangat sedikit yang lahir); kaum wanita banyak jumlahnya, sehingga dalam 50 wanita hanya ada seorang pria.
Dari pengertian kedua hadits tersebut memberikan pengertian bahwa diantara tanda-tanda kecil yang menandakan akan datangnya dan terjadinya hari kiamat adalah:
  1. Seorang hamba sahaya perempuan dikawini tuannya.
  2. Orang-orang miskin dan pekerjaanya mengembala kambing tiba-tiba menjadi para pemimpin.
  3. Para pengembala pada hidup bermegah-megahan di gedung-gedung basar dan tinggi.
  4. Ilmu agama sudak tidak dianggap penting lagi.
  5. Tersebarnya perzinaan karena memperoleh izin resmi untuk didirikan tempat pelacuran/perzinaan dari masing-masing pemerintah yang bersangkutan.
  6. Segala minuman keras seperti khamr (arak) bisa diminum dengan leluasa dan bebas, peminumnya sudah tidak mengenal dosa, bahkan menjadi suatu kebanggaan.
  7. Jumlah laki-laki lebih sedikit karena sedikitnya bayi laki-laki yang dilahirkan dan banyak kaum laki-laki yang mati, sehingga jumlah wanita melebihi kaum laki-laki dengan perbandingan 50 banding 1.
Tanda-tanda besar datangnya hari kiamat.
Yang kedua adalah merupakan tanda-tanda yang besar. Jadi sesudah adanya tanda-tanda tersebut, maka hari kiamat sudah sangat dekat sekali datangnya. Maka di saat itulah akan terjadi berbagai macam peristiwa dan kejadian serta perubahan-perubahan yang sangat besar seperti peredaran alam sudah berubah.

Inilah tanda-tanda besar menjelang hari kiamat:
  1. Matahari terbit dan muncul dari arah barat.
  2. Adanya binatang ajaib yang muncul, binatang itu dapat berbicara (lihat surat An-Nahl ayat 82).
  3. Keluarnya Imam Mahdi.
  4. Keluarnya Dajjal.
  5. Keluarnya bangsa Ya'juj Ma'juj.
  6. Turunya Nabi Isa as.
  7. Keluarnya asap.
  8. Rusaknya Ka'bah.
  9. Lenyapnya Al-Quran dari Mushaf.
  10. Seluruh manusia di dunia menjadi kafir semuanya.

Share:

Kapan Datangnya Hari Kiamat?

Pertanyaan tentang kapan datangnya hari kiamat itu? Adalah sama halnya dengan pertanyaan kapan kita akan mati?
Setiap orang pasti tidak tahu kapan maut akan datang kepada dirinya. Masih lamakah, atau sudah dekatkah, Hari apa, jam berapa, dimana? Semua orang pasti tidak tahu. Begitu juga halnya dengan kapan datangnya hari kiamat. Berapa hari lagi?, Berapa minggu lagi? Berapa bulan lagi? Berapa tahun lagi? Atau berapa abad lagi? Tak seorangpun tidak ada yang tahu. Yang mengetahui kapan akan datangnya hari kiamat hanya Allah semata.

Mati adalah sesuatu hal yang berkaitan erat dengan diri kita. Tapi kita sendiri sama sekali tidak mengetahuinya, kapan hari apa, jam berapa, tanggal berapa, dimana dan tahun berapa kita akan mati. Walaupun demikian kita mutlak mempercayai bahwa diri kita pasti akan mati.
Apalagi persoalan kapan datangnya hari kiamat, siapapun tidak ada yang tahu. Sedangkan Rasulullah saw, pernah ditanya para sahabat tentang datangnya hari kiamat itu kapan, beliau juga tidak tahu.

Persoalan datangnya hari kiamat itu bukan urusan manusia, bukan urusan Nabi dan Rasul dan bukan urusan Malaikat sekalipun. Tapi pengetahuan datangnya hari kiamat adalah urusan Allah, untuk itu kita tidak perlu mempersoalkannya sampai bertele-tele. Sedangkan yang mutlak melekat dengan diri kita sendiri, yaitu maut, kita sendiri tidak akan pernah bisa mengetahuinya.

Persoalan tentang hari kiamat Allah swt, telah menjelaskan dengan tegas di dalam Al-Quran sebagaimana Firman-Nya dalam surat: Al-A'raaf 187, Al-Ahzab 63, Luqman 34, Fush-Shilat 47, Al-Anbiya' 1, dan Al-Qamar 1.

Dimana dalam Firman Allah yang tersebut di atas, memberikan pengertian kepada kita, bahwa:
  1. Para manusia (sahabat) bertanya kepada Nabi Muhammad saw. tentang hari kiamat.
  2. Nabi Muhammad saw. memberikan jawaban, bahwa persoalan datangnya hari kiamat adalah dalam pengetahuan Allah sendiri.
  3. Siapapun tidak dapat menjelaskan kedatangannya, hingga hari kiamat itu sendiri datang.
  4. Huru-hara hari kiamat itu amat berat sekali bagi seluruh makhluk di langit dan di bumi.
  5. Hari kiamat itu akan datang secara mendadak dan tiba-tiba.
  6. Boleh jadi kiamat sudah dekat waktunya dan hampir datang.

Share:

Monday, September 12, 2016

Puasa Sunnah Dalam Agama Islam

Selain berpuasa di bulan Ramadan, ajaran agama Islam juga menganjurkan kepada umatnya untuk berpuasa pada hari-hari biasa atau bukan di bulan Ramadhan. Berbeda dengan puasa di bulan Ramadhan yang hukumnya wajib dilaksanakan, maka puasa di luar bulan Ramadhan hukumnya sunnah, yang artinya berpahala ketika dikerjakan dan tidak berdosa apabila tidak melaksanakannya.

Puasa sunnah sebaiknya dilakukan pada hari-hari yang telah ditentukan, hal ini berkenaan dengan istilah puasa itu sendiri.

Berikut ini adalah bermacam puasa sunnah yang dapat dilakukan sesuai dengan hari-hari yang ditentukan:

1. Puasa 6 hari di bulan Syawal.
Puasa sunnah ini dilakukan di bulan Syawal selama enam hari, baik itu secara berturut-turut ataupun tidak.
Puasa enam ini dilakukan berdasarkan dari hadist Nabi:
barangsiapa yang berpuasa Ramadhan, lalu menyambungnya dengan enam hari di bulan Syawal, maka dia seperti berpuasa sepanjang tahun.” (HR. Muslim: 1164 )
Adapun sebab mengapa Rasulullah menyamakannya dengan puasa setahun lamanya, telah disebutkan oleh Imam Nawawi bahwa beliau berkata:
berkata para ulama: sesungguhnya amalan tersebut sama kedudukannya dengan puasa sepanjang tahun, sebab satu kebaikannya nilainya sama dengan sepuluh kali lipat, maka bulan Ramadhan sama seperti 10 bulan, dan enam hari sama seperti dua bulan.” (Syarah Nawawi:8/56)

2. Puasa Hari Arafah
Puasa sunnah ini dilakukan pada hari ke-9 bulan di bulan Dzuhijjah.
Puasa hari Arafah ini dikenal dengan keutamaannya yaitu: "akan dihapuskan dosa-dosa pada tahun lalu dan dosa-dosa pada tahun yang akan datang." (HR. Muslim). Yang dimaksud dengan dosa-dosa di sini adalah khusus untuk dosa-dosa kecil, karena dosa besar hanya bisa dihapus dengan jalan bertaubat.

3. Puasa Nabi Daud
Puasa sunnah ini adalah puasa yang dilakukan oleh nabi Daud. Puasa ini dilaksanakan secara berselang hari, satu hari puasa, satu hari tidak.
Berdasarkan hadits yang datang dari Abdullah bin Amr bin ‘Al-Ash bahwa Rasulullah bersabda:
“Puasa yang paling dicintai Allah Ta’ala adalah puasa Daud, beliau berpuasa sehari dan berbuka sehari. Dan shalat yang paling dicintai Allah adalah shalatnya Dawud, beliau tidur dipertengahan malam, lalu bangun (shalat) pada sepertiga malam, dan tidur pada seperenamnya.” (HR.Bukhari :3238,dan Muslim:1159)

4. Puasa Senin dan Kamis
Puasa sunnah ini dilakukan pada setiap hari Senin dan Kamis.
Diriwayatkan dari Abu Hurairah bahwa Nabi berpuasa pada hari Senin dan Kamis. Lalu ada yang bertanya: sesungguhnya engkau senantiasa berpuasa pada hari Senin dan Kamis? Beliau menjawab:
Dibuka pintu-pintu surga pada hari Senin dan Kamis, lalu diampuni (dosa) setiap orang yang tidak menyekutukan Allah dengan sesuatu apapun, kecuali dua orang yang saling bertikai, dikatakan: biarkan mereka berdua sampai keduanya berbaikan.” (HR.Tirmidzi (2023),Ibnu Majah (1740),dan dishahihkan Al-Albani dalam shahih Tirmidzi dan Ibnu Majah)

5. Puasa 3 hari dalam sebulan
Berdasarkan hadits Abdullah bin Amr bahwa Rasulullah berkata kepadanya:
Dan sesungguhnya cukup bagimu berpuasa tiga hari dalam setiap bulan, karena sesungguhnya bagimu pada setiap kebaikan mendapat sepuluh kali semisalnya, maka itu sama dengan berpuasa setahun penuh.” (HR.Bukhari:1874,Muslim:1159)

6. Puasa di bulan Muharam
Puasa sunnah ini dilakukan di bulan Muharam dan yang paling diutamakan adalah pada tanggal 10 Muharam yang dikenal sebagai hari Asyura.
Dalam riwayat Muslim dari hadits Abu Qatadah bahwa Rasulullah shallahu ‘alaihi wasalam ditanya tentang puasa pada hari ‘Asyura,maka beliau menjawab:
Menghapus dosa setahun yang telah lalu.” (HR.Muslim:1162)

7. Puasa di bulan Sya'ban.
Bulan selain bulan Ramadhan yang dianjurkan memperbanyak puasa adalah di bulan Sya’ban. Berdasarkan hadits Aisyah bahwa beliau berkata:
Aku tidak pernah melihat Rasulullah menyempurnakan puasa sebulan penuh kecuali ramadhan, dan aku tidak pernah melihat beliau berpuasa yang lebih banyak dari bulan Sya’ban,” (HR.Bukhari:1868)

Tanpa disadari atau tidak, begitulah cara Islam untuk menjaga umatnya untuk selalu melaksanakan kehidupan ini dengan baik dan dalam keadaan selalu bertaqwa kepada Allah Swt. Karena dengan melakukan puasa sunnah seperti yang dianjurkan di atas, maka dapat dibayangkan bahwa umat Islam yang melaksanakan tentu hari-harinya diisi dengan beribadah karena ia dalam kondisi berpuasa.

Share:

Monday, July 25, 2016

Jalan Untuk Mendapatkan Kebahagiaan Di Dunia

Agama Islam tidak semata menyuruh umat muslim hanya kerjanya beribadah untuk akhirat saja. Agama Islam tidak melarang umat manusia untuk mendapatkan hidup yang bahagia di dunia ini. Bahkan ajaran agama Islam memberikan petunjuk atau jalan bagaimana supaya hidup bahagia di dunia dan dapat dinikmati oleh kaum muslimin.

Adapun petunjuk atau jalan yang dianjurkan agama Islam kepada umatnya untuk mendapatkan kebahagiaan di dunia dapat diraih dengan cara berikut:
  1. Ilmu
  2. Ibadah
  3. Rezeki yang halal
  4. Sabar
  5. Bersyukur

1. Ilmu
Untuk mendapatkan kebahagiaan di dunia, Islam menyuruh umatnya untuk menuntut ilmu atau belajar. Dengan ilmu pengetahuan yang dimiliki oleh seseorang maka ia akan bisa mendapat pekerjaan berdasarkan ilmu yang ia miliki itu. Semakin pandai atau semakin banyak ilmu seseorang maka akan semakin mudah baginya untuk mendapatkan pekerjaan. Tentu ini akan bisa membuat hidupnya akan bahagia dari hasil pekerjaannya itu bisa membiayai segala kebutuhan hidupnya.

2. Ibadah
Ketika seseorang telah berilmu dan berpengetahuan yang luas, diharapkan ia akan semakin rajin pula beribadah.
Dengan ilmu pengetahuan mengenai agama yang ia miliki, tentu ia mengetahui betapa sengsaranya hidup di neraka nanti dan begitu senangnya hidup di surga. Dengan demikian ia akan semakin rajin beribadah untuk bisa menjadi penghuni surga. Dan ketika beribadah tersebut ia akan mendapatkan ketentraman jiwa, dan ketentraman jiwa itu adalah sebuah kebahagiaan yang dinikmati di dunia.

3. Rezeki Yang Halal
Cara untuk mendapatkan hidup yang bahagia di dunia adalah dengan cara mencari rezeki yang halal.
Ketika seseorang mencari rezeki dengan cara yang tidak halal maka ia tidak akan mendapatkan kebahagiaan dalam hidupnya di dunia.
Misalnya:
Ketika seorang koruptor yang tertangkap dan kemudian dimasukkan dalam penjara. Maka jelas terlihat bahwa ia sudah tidak mendapatkan kebahagiaan hidup di dunia.

4. Sabar
Jalan lain yang diajarkan oleh agama Islam kepada umatnya adalah Sabar. Bersabar ketika mendapat cobaan. Apabila seseorang bisa bersabar ketika menghadapi cobaan maka dipastikan ia akan mendapatkan kebahagiaan hidup di dunia ini.

5. Bersyukur
Jalan yang terakhir yang dianjurkan dalam agama Islam untuk mendapatkan kebahagiaan di dunia adalah dengan cara bersyukur.
Bersyukur ketika mendapat rezeki yang diberikan Allah swt dan selalu bersyukur karena telah diberi rahmat olehNya.
Apakah anda tidak merasa bahagia ketika anda telah bersyukur kepada Allah swt yang telah memberikan kehidupan yang serba berkecukupan kepada anda?

Share:

Friday, July 22, 2016

4 Hal Yang Diserukan Nabi Kepada Manusia

Setelah kejadian di dalam Gua Hira, Muhammad saw telah resmi menjadi Nabi dan Rasul Allah maka Nabi Muhammad saw. mulai menjalankan tugas kenabiannya. Beliau menyerukan beberapa hal kepada kaum atau umatnya.

Adapun yang diserukan Nabi Muhammad saw. kepada umat manusia adalah:
  1. Mengesakan Allah (tauhid) mutlak.
  2. Mempercayai adanya kehidupan Akhirat.
  3. Pembersihan jiwa.
  4. Memelihara kehidupan masyarakat Islam
1. Mengesakan Allah (tauhid) mutlak.
Manusia bukanlah budak/hamba apapun di buni atau langit, karena semua yang ada di bumi dan langit adalah makhluk ciptaan Allah, rendah dan kecil di hadapan Allah dan tunduk kepada ketentuan hukumNya. Diserukan kepada manusia untuk sadar bahwa antara Allah dan manusia tidak ada pihak ketiga / sekutu / pembantu / perantara. Setiap manusia berhak berhubungan langsung dengan Tuhannya tanpa memerlukan patung-patung. Manusia-manusia yang dijadikan sesembahan oleh agama lain dikembalikan kepada kedudukannya semula. Sebagai manusia mereka bukan lain adalah hamba-hamba Allah yang menciptakan mereka. Hubungan-hubungan individual dan sosial ditegakkan atas dasar prinsip mengesakan (tauhid) Allah secara sempurna.

2. Mempercayai adanya kehidupan Akhirat.
Pada suatu saat akan tiba saat yang tidak diragukan lagi, dimana semua manusia akan dihadapkan pada Tuhannya. Pada hari itu hanya tersedia 2 tempat: Surga tempat orang-orang yang saleh bergembira dan beristirahat, atau Neraka tempat orang-orang jahat menderita kepedihan dan kesedihan.
Ingat kepada kehidupan akhirat dalam setiap perbuatan akan dihitung. Seorang muslim akan menyadari bahwa hari-hari yang silih berganti, pada suatu saat akan berhenti dan dirinya akan kembali pada Tuhannya.

3. Pembersihan Jiwa.
Jalankanlah ibadah Allah dengan meninggalkan urusan-urusan lain. Janganlah menyekutukan sesuatu dengan Dia. Berbuat baiklah terhadap kedua orang tua. Jangan bunuh anak-anak karena miskin.


4. Memelihara kehidupan masyarakat Islam
Ukhuwah Islamiyah (persaudaraan Islam) diwajibkan dalam bentuk membela orang yangteraniaya. Abu Bakar selalu menolong orang muslim yang lemah yang disiksa tanpa menghitung-hitung tenaga dan harta. Itulah kewajiban individu terhadap masyarakat

Itulah seruan yang disampaikan Nabi Muhammad saw kepada umat manusia pada masa itu. Sehingga bisa dikatakan, seandainya yang dibawa oleh Muhammad saw. itu bukan suatu agama, itu tetap baik bagi perangai manusia.

Share:

Thursday, July 21, 2016

Kisah Tentang Kejadian Di Gua Hira

Menginjak usia 40 tahun, pandangan, pengamatan dan perenungan tentang kehidupan yang terus-menerus dilakukan Muhammad saw. membuat beliau semakin berbeda dan terpisah pola pikiran dengan kaumnya. Hal itu yang menyebabkan beliau sering menyendiri. Kisah tentang Muhammad pada usia ini banyak dikenal dengan peristiwa kejadian di Gua Hira.

Kebiasaan setiap tahun Muhammad saw meninggalkan Makkah untuk menghabiskan bulan Ramadhan menyendiri di dalam Gua Hira, yaitu sebuah goa yang berada beberapa mil dari Makkah dan jauh dari daerah yang ramai dan terletak di puncak bukit.
Di dalam gua yang sunyi dan hening itulah Muhammad saw bersembah sujud, mengasah hati, menjernihkan roh dan jiwa, mendekatkan diri dari kebenaran dan menjauhkan diri dari kebatilan dengan segala kemampuan dan kesanggupannya.
Sampailah pada suatu ketika dimana beliau melihat sebuah cahaya terang namun tidak menyilaukan mata. Kemudian beliau mendengar suara (malaikat) berkata: "Bacalah..." Beliau menjawab: "Aku tidak dapat membaca." Malaikat itu mengulang-ulang perintahnya sambil membekap beliau sampai-sampai sesak nafasnya. Dan beliaupun mengulang-ulang jawabannya. Inilah yang kemudian dikenal menjadi ayat-ayat Al-Quran yang turun pertama kali.

Setelah peristiwa itu dengan badan yang gemetar, Muhammad saw pulang dan sesampai di rumah beliau minta diselimutkan oleh istrinya Sitti Khadijah. Dan kemudian setelah tenang perasaannya belaiupun menceritakan tentang apa yang dialaminya di dalam Gua Hira dan merasa khawatir akan terjadi sesuatu pada diri beliau. Sitti Khadijah menanggapi cerita yang belaiu sampaikan dan mengatakan bahwa beliau tidak perlu mengkhawatirkan itu.

Beberapa waktu setelah kejadian di Gua Hira itu, Sitti Khadijah mengajak Muhammad saw. pergi menemui Waraqah bin Naufal, salah seorang anak paman Sitti Khadijah. Kepada Waraqah bin Naufal, Muhammad menceritakan kejadian yang dialaminya dalam Gua Hira itu. Waraqah berkata: "Itulah malaikat yang diturunkan Allah kepada Musa ... Alangkah bahagianya seandainya aku masih muda...! Alangkah gembiranya seandainya aku masih hidup pada saat anda diusir dari kaum anda...! Beliaupun bertanya: "Apakah mereka akan mengusir aku?" Waraqah menyahut: "Ya. Belum pernah ada orang datang membawa seperti yang anda bawa itu yang tidak dimusuhi. Seandainya kelak aku masih hidup dan mengalami saat kenabian anda, pasti anda kubantu sekuat-kuatnya."

Share:

Kisah Orang Yang Mencari Kebenaran

Kisah tentang orang-orang yang mencari kebenaran pada masa sebelum Muhammad saw. diangkat menjadi Nabi sangat banyak dijumpai. Namun yang paling sering dibicarakan kisahnya adalah kisah Zaid bin 'Amr bin Nufail, dimana beliau sampai ke negeri Syam untuk mencari kebenaran atau agama yang akan dipeluknya.

Sampai di negeri Syam, Zaid bin 'Amr bin Nufail bertemu dengan ulama Yahudi dan bertanya pada Yahudi itu:
Zaid bin 'Amr bin Nufail: "Apa agamamu?... Mungkin aku akan memeluk agamamu"
Ulama Yahudi: "Janganlah anda memeluk agama kami, agar anda tidak kecipratan murka Tuhan!"
Zaid bin 'Amr bin Nufail: "Saya selalu menjauhkan diri dari murka Tuhan.,,, Apakah anda dapat menunjukkan agama lain?
Ulama Yahudi: " Saya tidak tahu, saya anjurkan supaya anda menjadi seorang Hanif"
Zaid bin 'Amr bin Nufail: "Apakah Hanif itu?"
Ulama Yahudi: "Penganut agama Ibrahim. Ibrahim bukan orang Yahudi, bukan orang Nasrani dan ia tidak bersembah sujud selain kepada Allah"
Karena tidak mendapat jawaban tentang kebenaran, Zaid bin 'Amr bin Nufail melanjutkan dan bertemu dengan pendeta Nasrani. Beliau pun bertanya kepada pendeta itu. Jawaban yang diterima beliaupun sama dengan jawaban yang diterima dari ulama Yahudi yaitu melarang memeluk agamanya dan menyarankan untuk menjadi seorang Hanif.

Dan akhirnya Zaid bin 'Amr bin Nufail pergi meninggalkan pendeta itu sambil mengangkat kedua tangannya dan mengucapkan kesaksian: "Ya Allah, saya bersaksi bahwa saya memeluk agama Ibrahim as.!"

Kenapa ulama Yahudi dan pendeta Nasrani itu melarang Zaid bin 'Amr bin Nufail untuk memeluk agama yang mereka anut?

Memang pada masa itu mereka berada dalam keadaan kebingungan tentang kehidupan di bumi ini.

Orang Yahudi merasa hidup sebagai buronan di muka bumi dan dibuang ke berbagai penjuru dunia.

Sedangkan orang Nasrani berada di dalam kondisi perpecahan yang berselisih pendapat mengenai sifat Al-Masih, mengenai kedudukannya dan kedudukan bundanya di sisi Tuhan Yang Maha Besar.
Orang Nasrani di negeri Syam yang ditanya Zaid bin 'Amr bin Nufail adalah golongan Jacobian. Mereka tidak sepaham dengan aliran resmi yang dianut oleh gereja Romawi.

Begitulah keadaan kehidupan manusia pada masa itu (sebelum pengangkatan nabi). Mereka berada pada keadaa yang membingungkan. Seperti yang dialami oleh Zaid bin 'Amr bin Nufail, dimana ia berusaha mencari kebenaran sampai ke negeri Syam. Dan akhirnya ia sampai pada suatu kesimpulan bahwa tiada laian yang patut disembah selain Allah.

Share:

Monday, July 18, 2016

Pendeta Bahira Melihat Tanda-Tanda Kenabian Pada Muhammad SAW

Berita tentang perjalanan Nabi Muhammad saw. ke negeri Syam dan kemudian bertemu dengan pendeta Bahira banyak disebut dalam buku riwayat tentang Islam.  Disebutkan bahwa dalam perjalanan ke Syam bersama pamannya Abu Thalib itu beliau bertemu dengan seorang pendeta nasrani  yang bernama Bahira.

Pada saat bertemu dengan Muhammad saw. pendeta Bahira merasa melihat tanda-tanda kenabian ada pada wajah dan kedua bahu Muhammad saw. Pendeta Bahira bertanya kepada Abu Thalib: "Apa hubungan anak ini dengan anda?"
Dijawab oleh Abu Thalib: "Dia anakku!"
Pendeta Bahira menyangkal: "Tidak mungkin ayah anak ini masih hidup!"
Abu Thalib menerangkan: "Dia anak saudaraku. Ayahnya meninggal dunia di saat dia masih dalam kandungan ibunya." Kemudian, Bahira menyarankan: "Anda benar, ajaklah ia pulang ke negeri anda dan hati-hatilah terhadap orang-orang Yahudi.

Kebenaran berita pendeta Bahira yang melihat tanda-tanda kenabian ini bisa diperkuat dengan adanya berita akan datang seorang Nabi setelah Nabi Isa as. terdapat di dalam kitab suci kaum Nasrani. Sejak mereka mendustakan berita akan datangnya seorang nabi dan rasul yang bernama Muhammad saw., mereka sebenarnya menanti-nantikan kedatangan nabi yang dijanjikan, tapi itu mereka tutupi dengan mengatakan bahwa nabi yang dijanjikan itu tidak akan datang selama-lamanya...
Tetapi ternyata ia sekarang telah datang sebagai kenyataan...!

Share:

Sunday, July 17, 2016

Peristiwa Pembedahan Dada Nabi Muhammad

Semenjak dari bayi sampai masa kanak-kanaknya Nabi Muhammad saw. tinggal bersama keluarga Halimah dari kaum Bani Sa'ad. Hal ini seiring dengan kebiasaan bagsa Arab pada saat itu, dimana para bayi-bayi yang lahir disusui oleh kaum wanita dari daerah pedesaan.
Selama lima tahun tinggal bersama kaum Bani Sa'ad, beliau tumbuh sehat. Pada masa ini hal yang istimewa yang dialami Nabi Muhammad saw. yang dikenal dengan "Peristiwa Pembedahan Dada Nabi Muhammad".

Dalam sebuah hadits yang diriwayatkan oleh Anas mengatakan, peristiwa pembedahan dada Nabi Muhammad saw itu terjadi ketika beliau sedang bermain-main bersama teman-temannya.. Malaikat Jibril mendatangi Muhammad saw. kemudian mengajaknya pergi, lalu dibaringkan, kemudian dibedah dadanya dan dikeluarkan hatinya. Dari hati beliau diambil segumpal darah (berwarna hitam), kemudian Malaikat Jibril berkata: "Inilah bagian setan yang ada di dalam tubuhmu!". Lalu hati dicuci dengan air Zamzam. Setelah itu diletakkan kembali ke dalam dada beliau dan kemudian dada beliau ditutup lagi.

Pada peristiwa pembedahan dada Nabi Muhammad saw. ini, anak-anak lain yang bermain bersama beliau tadi berlarian menemui ibu susuan beliau (Halimah) memberitahukan bahwa Muhammad saw. mati dibunuh orang. Semua anggota keluarga datang ke tempat beliau, dan mereka melihat Muhammad saw. dalam keadaan muka pucat pasi.

Hikmah yang diambil dari peristiwa pembedahan dada Nabi Muhammad saw. ini adalah menyatakan bahwa Allah tidak akan membiarkan manusia istimewa seperti Nabi Muhammad saw. menjadi manusia pada umumnya. Sejak berusia masih kanak-kanak beliau diselamatkan dari berbagai macam kekurangan dan keburukan yang biasanya ada pada tabiat manusia umumnya.

Share:

Saturday, July 16, 2016

Membuat Blog Yang Bisa Di Approved Oleh AdSense

Akun AdSense yang disetujui sepenuhnya oleh Google AdSense hampir bisa dikatakan adalah keinginan para blogger saat ini. Karena dengan disetujui sepenuhnya akun tersebut, maka blog yang didaftarkan oleh blogger ke AdSense bisa menayangkan iklan dan tentu pada akhirnya akan menghasilkan uang kepada blogger pemilik blog tersebut.
Logo Google AdSense
Namun sekarang ini, untuk bisa di approved oleh AdSense tidaklah mudah. Ada persyaratan yang harus dipenuhi oleh blog yang didaftarkan ke AdSense. Namun tidak seorangpun yang tahu secara jelas tentang syarat yang bagaimana yang diminta oleh AdSense sehingga para blogger pun berusaha membuat blog semaksimal mungkin agar bisa mendapat persetujuan atau di approved ole AdSense.

Pada dasarnya AdSense akan menyetujui atau me-approved blog yang bermutu, menarik, berisikan informasi yang jelas (tidak hanya gambar) dan blog yang mempunyai navigasi yang jelas.
Berdasarkan pengalaman, saya berusaha membuat blog sebagus mungkin (menurut saya hehehe...), bermacam cara saya coba untuk bisa membuat AdSense menyetujui blog saya sebagai tempat AdSense memasang iklan. Mulai dari gonta-ganti template, cek SEO disana-sini, dan banyak lagi yang lainnya.
Dan akhirnya, saya dapat email dari AdSense yang menyatakan bahwa akun saya telah disetujui sepenuhnya.

Pada postingan ini, saya ingin berbagi kepada blogger yang akun AdSense nya belum disetujui sepenuhnya oleh AdSense tentang bagaimana cara membuat blog agar bisa di approved atau disetujui oleh AdSense.

Ini caranya (mohon diingat bahwa ini berdasarkan pengalaman saya, bukan petunjuk dari Google):
  1. Gunakan template yang tepat untuk blog anda. Tentu anda harus memilih template yang bagus menurut AdSense, bukan template yang bagus menurut anda. Saran saya gunakan template New Johny Wuss, Template Blog Seo Responsive.
  2. Buat beberapa tulisan pada blog anda. Coba perhatikan website " Sebagai informasi, jumlah tulisan pada blog saya saat di approved oleh AdSense hanya 27.
  3. Periksa kesehatan blog anda pada "Search Console" yang telah disediakan Google. Jika ada yang kesalahan perayapan url, sebaiknya diperbaiki dulu. Karena ini dianggap menyulitkan bagi Adsense saat memeriksa blog anda.
  4. Jangan pernah mengganti template blog setelah anda daftarkan! Karena AdSense akan menganggap bahwa blog anda belum selesai dibuat.
  5. Mungkin anda harus sedikit bersabar menunggu, jika umur blog anda kurang dari 6 bulan. Blog saya ini dibuat tanggal 22 Desember 2015, pada bulan Maret 2016 saya daftarkan ke AdSense. Baru di approved oleh Adsense tanggal 12 Juli 2016. Jadi umur blog ini ketika mendapat persetujuan penuh dari AdSense adalah 6 bulan 20 hari.
Semoga beberapa cara yang saya sampaikan di atas bermanfaat dan bisa membantu anda untuk menjadikan blog anda bisa diterima dan disetujui secera penuh oleh AdSense. Rajinlah memeriksa kesehatan blog anda pada "Search Console", jaga jangan sampai ada terjadi kesalahan perayapan pada blog anda.
Share:

Wednesday, July 13, 2016

Kisah Pada Masa Kelahiran Nabi Muhammad

Nabi Muhammad saw. dilahirkan dari lingkungan keluarga yang bersih dan suci serta mempunyai silsilah kehormatan. Yaitu keluarga yang menjadi pusat segala keutamaan orang-orang Arab dan bersih dari noda apa pun juga.
Akan tetapi Nabi Muhammad saw. walaupun beliau berasal dari keturunan yang mulia, beliau tidak memiliki kekayaan. Sedikit harta yang dimilikinya dan kemuliaan asal-usul keturunannya saja yang membuat beliau sejak pertumbuhannya mempunyai keutamaan lebih banyak daripada semua keutamaan yang dimiliki oleh lapisan-lapisan masyarakat yang lain.

Dimasa kelahiran Nabi Muhammad saw. Abdul Muththalib, kakek Nabi Muhammad saw. adalah seorang penguasa Makkah, tetapi kekuasaan yang berada di tangannya itu merupakan kekuasaan yang terakhir dan tidak menurun ke anak-cucunya. Karena kedudukan orang-orang yang menyainginya semakin kuat (karena banyak hartanya), kepemimpinan Abdul Muththalib pasti akan pindah ke tangan mereka.
Abdullah, ayah Nabi Muhammad saw. adalah anak bungsu Abdul Muththalib. Beliau dinikahkan oleh ayahnya dengan Aminah binti Wahb dari kaum Bani Sa'ad. Masih dalam keadaan sebagai pengantin baru dengan Aminah, beliau meninggalkan keluarganya merantau untuk mencari rezeki. Pada masa itu ia pergi ke negeri Syam, tapi ternyata kepergiannya ke negeri Syam itu merupakan kepergiannya untuk selamanya. Karena ketika dalam perjalanan pulang ke Makkah di mana Aminah sudah menanti kedatangan suami dengan kabar gembira bahwa ia sedang mengandung dan sebentar lagi akan melahirkan, beliau jatuh sakit dan singgah di Madinah dan kemudian wafat di sana.

Nabi Muhammad saw. lahir sebagai seorang anak yatim, karena ayahnya telah tiada ketika ia dilahirkan. Beliau lahir di Makkah dan sangat disambut dengan suka cita oleh kakeknya (Abdul Muthathalib). Nama "Muhammad" yang menjadi nama beliau adalah pilihan Abdul Muththalib, dimana belum ada satu orang pun sebelumnya memakai nama ini. Arti "Muhammad" dalam bahasa Arab adalah orang yang terpuji.

Pada masa kelahiran nabi Muhammad saw. bangsa Arab mempunyai tradisi atau kebiasaan yang menyusui bayi-bayi Makkah adalah wanita Arab dari daerah gurun yang berharap dengan menyusui bayi-bayi itu mereka akan mendapat imbalan yang dapat menopang hidup mereka. Tentu sasarannya adalah bayi-bayi dari golongan orang kaya. Hal inilah yang membuat cemas Aminah karena Muhammad saw. bukanlah anak orang kaya, bahkan tidak punya ayah (yatim), tentu tidak ada mau menyusuinya. Halimah binti Abi Dzuaib mau mengambil Muhammad saw. sebagai anak susuannya walaupun pada mulanya ia merasa enggan karena tidak ada bisa diharap dari keluarga Muhammad saw.
Dengan kehadiran Muhammad saw. dalam keluarganya, Halimah merasa mendapat berkah, padahal sebelumnya ia hidup serba menderita dan serba kekurangan. Setelah menyusui Muhammad saw. kambing perahannya banyak mengeluarkan susu perahannya sehingga dapat mencukupi biaya kehidupan yang selama ini serba kekurangan.


Share:

Saturday, February 13, 2016

Kisah Tsabit bin Ibrahim Yang Saleh dan Jujur

Cerita ini adalah kisah yang terjadi pada zaman dulu dimana waktu itu ada seorang pemuda yang saleh dan jujur bernama Tsabit bin Ibrahim sedang melakukan perjalanan di pinggiran kota Kufah. Saat melintasi sebuah kebun, dia melihat ada pohon apel besar yang sedang berbuah lebat dan sangking besarnya pohon tersebut sampai-sampai dahannya yang berbuah itu menjulur ke luar pagar. Timbul niat Tsabit untuk memetiknya karena rasa lapar dan haus yang dialaminya namun niat itu diurungkannya karena mengingat bahwa pohon apel itu bukanlah miliknya dan tentu hal itu termasuk dalam arti mencuri.

Saat akan melanjutkan perjalanan, secara tak sengaja Tsabit bin Ibrahim melihat ada sebuah apel tergeletak di jalan. Karena apel itu adalah apel jatuh, ia berpikir akan halal baginya untuk memakan apel tersebut karena ia mencuri dari pohonnya. Lantas dimakannya buah itu.
Saat baru termakan separuh, Tsabit tersadar bahwa apel itu bukan miliknya. Walaupun apel tersebut tergeletak di jalan, yang pasti apel itu berasal dari pohon yang terdapat dalam kebun itu. Ia pun mencari pemilik kebun apel itu.
Dan ketika ia melihat seorang laki-laki di dalam kebun, ia menghampiri dan bertanya, "Apakah engkau pemilik kebun ini? Saya telah memakan apel ini separuh, untuk itu saya mohon maaf dan ini masih ada tersisa separuh lagi. Sudilah kiranya engkau merelakan apel ini agar halal untuk kumakan," pinta Tsabit.

Ternyata lelaki itu bukan pemilik kebun, ia hanya penjaga kebun sementara majikanya tinggal di tempat yang cukup jauh dari kebun itu.
"Butuh waktu yang lama untuk sampai ke rumah majikanku. Perjalanannya pun tidak mudah. Mengapa tidak kaumakan saja apel itu? Toh, ia adalah saudagar kaya dan tidak akan mempermasalahkan sebuah apel itu karena hasil kebunnya begitu melimpah ruah." usul si penjaga kebun.
"Sejauh apa pun rumahnya, aku harus tiba di sana meskipun harus melalui berbagai rintangan. Separuh apel ini sudah aku telan, artinya di dalam tubuh ini terdapat makanan yang tidak halal bagiku karena belum meminta izin pemiliknya. Bukankah Rasulullah saw. bersabda, "Setiap daging yang tumbuh dari makanan haram maka api nerakalah yang layak baginya" kata Tsabit bin Ibrahim tegas.

Setelah menempuh perjalanan yang panjang, sampailah Tsabit bin Ibrahim di rumah pemilik apel. Ia mengetuk pintu rumah sambil mengucapkan salam. Seorang lelaki membukakan pintu untuknya.
Setelah bertanya dan mengetahui bahwa lelaki itulah yang memiliki kebun apel, Tsabit pun menyampaikan maksud kedatangannya. "Wahai Tuan, kedatangan saya ke sini untuk meminta keikhlasanmu atas buah apel yang terlanjur aku makan separuh dan ini masih ada separuh lagi sambil menunjukkan sisa apel. Semoga engkau memaafkanku," Tsabit menjelaskan apa yang merisaukannya kepada si pemilik kebun.

Mendengar penjelasan Tsabit, saudagar itu berkata, "Aku tidak akan menghalalkannya kecuali dengan satu syarat!"
"Apakah itu, Tuan?"
"Kamu harus menikahi putriku dan aku akan menghalalkan apel itu untukmu."
Tentu saja Tsabit terkejut dengan syarat itu. Karena ia harus menebus kesalahannya dengan sebuah pernikahan? Belum habis keterkejutan Tsabit, pemilik kebun apel itu melanjutkan, "Putriku bisu, tuli, buta, dan lumpuh. Bagaimana? Apakah kamu menyanggupinya?"

Tsabit bin Ibrahim makin terkejut. Ia harus menikahi perempuan cacat yang akan mendampinginya seumur hidup hanya gara-gara memakan separuh buah apel. Namun, ia tidak memiliki pilihan lain. Jika jalan ini dapat membuka pintu ampunan Allah SWT, ia harus menjalaninya dengan ikhlas. Tsabit pun menyanggupinya.

Singkat cerita, pernikahan pun diselenggarakan. Mempelai wanita menanti di dalam rumah saat akad nikah berlangsung. Selesai dilakukan akad nikah, Tsabit bin Ibrahim dipersilakan oleh sang mertua untuk menemui putrinya yang kini telah sah menjadi istri Tsabit.

Ia mengetuk kamar yang ditunjuk sambil mengucapkan salam. Ketika Tsabit hendak membuka pintu kamar, terdengar suara wanita menjawab salamnya. Ia urung masuk ke dalam kamar itu karena yang ia tahu istrinya bisu, tuli, buta, dan lumpuh.
"Oh, maaf, aku salah kamar!" ujar Tsabit.
"Kau tidak salah. Aku istrimu yang sah!" kata wanita di dalam kamar itu, "Silakan masuk, wahai suamiku!"
Ketika Tsabit masih berdiri tertegun di depan kamar, tiba-tiba pintu kamar terbuka. Yang membuka adalah seorang wanita cantik yang sehat tanpa cacat seperti yang dikatakan mertuanya.

Tsabit bertanya kepada wanita yang berdiri di hadapannya itu, "Jika kau benar istriku, ayahmu berkata bahwa kau buta. Tetapi, mengapa kamu bisa melihat?"
"Ayahku benar, mataku buta karena tidak pernah melihat apa-apa yang diharamkan Allah," jawab putri pemilik kebun itu.

"Lalu, mengapa ayahmu mengatakan kamu tuli? Padahal, kau dapat mendengar salamku!" tanya Tsabit kembali.
"Itu juga benar, beliau tahu bahwa aku tidak pernah mau mendengar berita atau cerita yang tidak diridhai Allah." jelas sang istri.

"Kau pun tidak bisu seperti yang dikatakan ayahmu? Apa artinya?"
"Aku bisu karena tidak pernah mengatakan dusta dan segala sesuatu yang tercela. Aku banyak menggunakan lidahku untuk menyebut asma Allah."

"Dan apa maksud ayahmu mengatakan kau lumpuh?" tanya Tsabit lagi.
"Itu karena aku tidak pernah pergi ke tempat-tempat yang dibenci Allah." Jawab putri pemilik kebun.

Betapa bahagianya Tsabit bin Ibrahim bahwa yang ia nikahi adalah sosok wanita salehah yang sempurna fisiknya dan cantik bak purnama di kegelapan malam. Demikianlah kisah tentang seorang pemuda yang saleh dan jujur. Karena kejujurannya dan rasa takut akan dosa, sehingga harus rela menempuh perjalanan yang jauh untuk mendapatkan izin dari pemilik kebun apel yang dimakannya.
Berkat kejujurannya itu pulalah ia mendapat berkah menikahi istri yang cantik dan saleha pula. Dari hasil pernikahan mereka lahirlah ulama yang menjadi imam terbesar bagi umat Islam, yaitu Imam Abu Hanifah An-Nu'man bin Tsabit.

Share:

Thursday, February 11, 2016

Wahai Akhi, Haruskah Aku Yang Melamarmu

Assalamualaikum sahabat islami , mohon dibaca dengan kesungguhan hati.



AKHIY... MAUKAH MENIKAH DENGANKU?


Dulu ana datang ke suami ana, justru ana yang menawarkan diri ke suami.

''Akhiy maukah menikah dengan ana?'', tawarku padanya.


Waktu itu dia masih kuliah smester 8. Dia cuma bengooonggg seribu bahasa, serasa melayang di atas awan, seolah waktu terhenti. Beberapa saat setelah setengah kesadarannya kembali dan setengahnya lagi entah kemana, dia berucap,

'''Afwan ukh... anti pengen mahar apa dari ana?'' "Cukup antum bersedia menikah denganku saja itu sudah lebih dari cukup"

Bak orang awam mendaki gunung yang tinggi lagi extreme, ehhh... dianya langsung lemesss... kayak pingsan. Besoknya datang nazhar, terus khitbah. Lalu untuk ngumpulin uang buat nikah, dia jual sepeda dan jual komputernya... untuk mahar dan biaya nikah. Di awal pernikahan dia gak punya pendapatan apa-apa. Kita usaha bareng dan ana gak pernah nanya seberapa pendapatnya ataupun dia kerja apa. Selama ana nikah dengannya ana belum pernah minta uang. Hingga kinipun kalo gak dikasih ya diam. Saat beras habis... ana gak masak. Saat dia nanya, "koq gak masak beras dek?"

"Habis mas", jawabku

"Koq gak minta uang?", lanjutnya.

Ana gak jawab, takut suami gak punya kalo ana minta. Jadi ana takut menyinggung perasaan kekasih hatiku.. weee.


Kalo kita menghormati suami, maka suami akan menyayangi kita lebih dari rasa sayang kita ke dia. Bahkan usaha sekarang dah maju pesat... alhamdulillah. Ibarat kata uang 50jt dah hal biasa. Lalu suatu hari ana tawarkan dia nikah lagi namun dia gak mau. Katanya ana itu tidak ada duanya... hehehe ngalem dewek. Walaupun ortunya dulu gak ridho dengan ana, karena salafi... sekarang sudah baikan.

Rezeki bisa dicari bersama. Bagi ana usaha yang dicari bersama suami susah-payah bersama, setelah sukses... maka banyak kenangan manis yang tak terlupa. Kita jadi saling memahami dan mengerti karakter masing-masing karena kita sering berinteraksi.

"Suamiku adalah temen curhatku...

suamiku adalah patner bisnisku...

suamiku adalah ustadz tahsinku...

suamiku adalah temen seperjuanganku...

suamiku adalah sahabatku...

suamiku adalah temen mainku...

suamiku adalah temen berantemku...", itulah kiranya yang ana rasakan darinya, setelah 12 tahun menikah dan insya Alloh dikaruniai anak 7 semoga semakin menambah keberkahan dalam rumahh tangga ana...

Dan bukan hal yang hina bagi ana kalo ada seorang akhawat datang menawarkan diri ke ikhwan. Ana dulu hanya melihat dari bacaan al-Qur'annya yang bagus dan dia sangat menjaga sholatnya itu aja gak lebih. Jadi para akhawat yang belum menikah... apa yg menghalangi anda untuk menikah muda? Apa karena melihat pendapatan materi dari ikhwan yang menghalaginya?


*Seorang ibu yang menceritakan kisah cintanya

*Dengan sedikit perubahan

Demikian Renungan harian "Wahai Akhi , Haruskan Aku Yang Melamarmu" semoga bisa bermanfaat dan mohon untuk sebarkan sobat islami.

wassalam
Share:

Jangan Nikahi Perempuan Ini Untuk Sementara

Menikah memang kewajiban. Namun, tidak bisa kita sembarang memilih orang untuk dinikahi. Termasuk perempuan yang akan dinikahi pun harus kita ketahui pula boleh tidaknya untuk dinikahi. Sebab, dalam Islam, hal ini sudah diatur dengan baik. Nah, untuk sementara waktu, ada perempuan-perempuan yang tidak boleh Anda nikahi. Siapa sajakah mereka?


1. Saudara perempuan istri hingga istri tersebut dicerai dan masa iddahnya habis atau ia meninggal dunia. Karena Allah Ta’ala berfirman, “(Diharamkan atas kalian) menghimpunkan (dalam perkawinan) dua perempuan yang bersaudara,” (QS. An-Nisa: 23).


2. Bibi istri, baik bibi dari jalur ayah atau bibi dari jalur ibu. Jadi, ia tidak boleh dinikahi hingga istri tersebut dicerai dan masa iddahnya habis atau meninggal dunia. Karena Abu Hurairah RA berkata, “Rasulullah SAW melarang seorang perempuan dinikahi beserta bibi dari jalur ayahnya atau bibi dari jalur ibunya,” (Muttafaq alaih).


3. Perempuan yang bersuami. Jadi ia tidak boleh dinikahi hingga ia dicerai suaminya, atau menjanda dan masa iddahnya habis. Karena Allah Ta’ala berfirman, “Dan (diharamkan juga kamu menikahi) perempuan yang bersuami,” (QS. An-Nisa: 24).


4. Perempuan yang sedang menjalani masa iddah karena perceraian, atau suaminya meninggal. Jadi, ia haram dinikahi dan dilamar hingga masa iddahnya habis. Tapi, tidak ada salahnya menyindir perempuan tersebut, misalnya dengan berkata kepadanya, “Aku tertarik kepadamu.”

Sebab Allah Ta’ala berfirman, “Dan tidak ada dosa bagi kamu meminang perempuan-perempuan itu dengan sindiran atau kamu menyembunyikan (keinginan mengawini mereka) dalam hatimu. Allah mengetahui bahwa kamu akan menyebut-nyebut mereka, dalam pada itu janganlah kamu mengadakan janji kawin dengan mereka secara rahasia, kecuali sekedar mengucapkan (kepada mereka) perkataan yang ma’ruf. Dan janganlah kamu ber’azam (bertetap hati) untuk beraqad nikah, sebelum habis ‘iddahnya. Dan ketahuilah bahwasanya Allah mengetahui apa yang ada dalam hatimu. Maka takutlah kepada-Nya, dan ketahuilah bahwa Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyantun,” (QS. Al-Baqarah: 235).


5. Perempuan yang telah ditalak tiga, hingga ia menikah dengan suami lain dan berpisah dengannya karena perceraian atau suaminya meninngal dunia, dan setelah masa iddahnya habis. Karena Allah Ta’la berfirman, “Kemudian jika si suami mentalaknya (sesudah talak yang kedua), maka perempuan itu tidak halal lagi baginya hingga ia menikah dengan suami yang lain,” (QS. Al-Baqarah: 230).


6. Perempuan yang berzina hingga bertaubat dari zina dan diketahui betul-betul taubat. Karena Allah Ta’ala berfirman, “Dan perempuan yang berzina tidak boleh dinikahi melainkan oleh yang berzina atau laki-laki musyrik, dan yang demikian itu diharamkan atas orang-orang yang Mukmin,” (QS. An-nurr: 3).


Dan karena Rasulullah SAW bersabda, “Laki-laki pezina yang telah dicambuk tidak boleh menikah kecuali dengan perempuan seperti dirinya,” (Diriwayatkan Ahmad dan Abu Daud). []


Referensi:
Ensiklopedi Muslim Minhajul Muslim/Karya: Abu Bakr Jabir Al-Jazairi/Penerbit: Darul Falah
Share:

Friday, January 15, 2016

Sedekah Pengusaha Yang Minta Didoakan

Ada seorang pengusaha yang datang ke sebuah pesantren yatim-piatu dan meminta kepada pimpinan pesantren untuk tolong didoakan agar bisa memenangkan tender proyek yang sedang diikutinya dan ia berjanji akan bersedekah ke pesantren itu apabila menang tender itu.
Menanggapi hal itu, pak Kyai pimpinan pesantren bertanya kepada pengusaha, apakah dia hafal bacaan surat Al-Fatihah dan meminta pengusaha itu untuk membacanya.

Ketika pengusaha mulai membaca surat Al-Fatihah dan sampai pada bacaan "Iyyaka na'budu wa iyyaka nasta'iin". Pak Kyai menstop bacaan, "Sudah-sudah cukup..., Berhenti sampai di situ!" pinta pak kyai. Si pengusaha pun menghentikan bacaan.
"Ayat yang terakhir anda baca itu mengerti tidak maksudnya?" tanya pak Kyai.
"Iyyaka na'budu wa iyyaka nasta'iin, pak Kyai?" tanya si pengusaha menegaskan.
"Ya, yang itu!" jawab kyai.
"Oh itu saya sudah tahu artinya, hanya Engkaulah yang kami sembah, dan hanya kepada Engkaulah kami meminta pertolongan." tandas si pengusaha.
Pak Kyai lalu berujar enteng, "Oh, rupanya masih sama Al-Fatihah anda dengan saya punya."
"Maksud pak kyai...?" tanya si pengusaha heran.
"Saya kira Al-Fatihah anda sudah terbalik menjadi iyyaka nasta'iin wa iyyaka na'budu." jawab pak Kyai.
Si pengusaha jadi bingung mendengar penjelasan pak Kyai, ia pun berkata, "Saya masih belum mengerti pak Kyai."
Pak Kyai tersenyum melihat kebingungan si pengusaha, beliau pun menjelaskan, "Tadi anda menyampaikan kalau menang tender maka anda akan sedekah ke pesantren ini. Menurut saya itu adalah 'iyyaka nasta'iin wa iyyaka na'budu'. Jika Al-Fatihah anda tidak terbalik, pasti anda sedekah dulu ke pesantren ini, Insya Allah pasti menang tender."
Deggg! Keras sekali sindiran menghujam jantung hati si pengusaha.

Pada esok harinya, pak Kyai menerima telpon dari pengusaha itu yang menyampaikan bahwa ia sudah mentransfer sedekahnya ke rekening pesantren. Setelah dicek oleh pak Kyai ternyata uang yang disedekahkan oleh pengusaha itu cukup besar yaitu Rp. 200 juta. Pak Kyai pun sangat bersyukur atas sedekah itu.
Setelah habis maghrib, pak kyai mengumpulkan seluruh ustadz dan santri di pesantren itu. Mereka membaca Al-Quran, dzikir & doa yang panjang untuk hajat yang ingin dicapai oleh si pengusaha.
Seminggu berselang si pengusaha menelpon pak kyai. Pengusaha itu menyampaikan terima kasih karena telah didoakan dan ia ternyata memang memenangkan tender dengan nilai Rp. 9,8 milyar.

Makna dari kisah sedekah pengusaha yang minta didoakan ini adalah tunjukkan dulu kepatuhan kita kepada Allah swt dan kemudian baru minta tolong kepada-Nya. Si pengusaha menunjukkan kepatuhannya kepada Allah swt dengan sedekah yang diberikannya dan ia kemudian minta tolong kepada Allah swt melalui doa-doa para ustadz dan santri di pesantren itu.

Share:

Thursday, January 14, 2016

Nabi Memberi Makan Seorang Pengemis Yahudi

Kisah ini adalah cerita tentang seorang pengemis Yahudi yang buta di sudut pasar Madinah. Setiap ada orang yang mendekatinya ia selalu berkata: “Wahai saudaraku, jangan dekati Muhammad, dia itu orang gila, dia itu pembohong, dia itu tukang sihir. Apabila kalian mendekatinya, maka kalian akan di pengaruhinya.”
Hampir setiap pagi, Nabi Muhammad saw mendatanginya dengan membawa makanan, dan tanpa berkata sepatah katapun Rasul pun menyuapi makanan yang dibawanya kepada pengemis itu walaupun pengemis itu selalu berpesan agar tidak mendekati orang yang bernama Muhammad.
Nabi Muhammad saw melakukan hal itu hingga beliau menjelang wafat. Setelah Nabi Muhammad saw wafat, tak ada lagi orang yang membawakan makanan setiap pagi dan yang menyuapi orang Yahudi yang buta itu.

Suatu hari Khalifah Abu Bakar berkunjung ke rumah anaknya (Aisyah). Beliau bertanya kepada Aisyah: “Anakku, adakah sunnah Rasul yang belum aku kerjakan?” . Aisyah menjawab pertanyaan ayahnya: “Wahai ayah, engkau adalah seorang ahli sunnah. Hampir tidak ada satu sunnah pun yang belum ayah lakukan kecuali satu sunnah“, ucap Aisyah.
“Apakah itu?” Tanya Abu Bakar. “Setiap pagi, Rasulullah selalu pergi ke sudut pasar dengan membawakan makanan untuk seorang pengemis Yahudi buta yang ada di sana“, jawab Aisyah.

Keesokan harinya, Khalifah Abu Bakar pun pergi ke pasar dengan membawa makanan untuk diberikan kepada pengemis itu. Khalifah Abu Bakar mendatangi pengemis itu dan memberikan makanan itu kepadanya.
Ketika Khalifah Abu Bakar mulai menyuapinya, tiba-tiba pengemis itu marah sambil berteriak: “Siapa kamu…!!!” Khalifah Abu Bakar menjawab: “Aku orang yang biasa“. “Bukan…!!! Engkau bukan orang yang biasa mendatangiku.” sahut pengemis buta itu.
Lalu pengemis itu melanjutkan bicaranya: “Apabila ia datang kepadaku, tidak susah tangan ini memegang dan tidak susah mulut ini mengunyah. Orang yang biasa mendatangiku itu selalu menyuapiku, tapi terlebih dahulu dihaluskannya makanan itu, baru setelah itu ia berikan makanan itu kepadaku.”
Khalifah Abu yang mendengar jawaban orang buta itu kemudian menangis sambil berkata: “Aku memang bukan yang biasa datang kepadamu. Aku adalah salah seorang dari sahabatnya. Orang yang mulia itu telah tiada. Ia adalah Muhammad, Rasulullah SAW.”

Pengemis itu pun menangis dan kemudian berkata “Benarkah demikian?”,tanya pengemis, kepalanya tertunduk dan air matanya mulai menetes. “Selama ini aku selalu menghinanya dan memfitnahnya”,lanjutnya. Tetapi ia tidak pernah marah kepadaku, sedikitpun!”,ucap sang pengemis Yahudi sambil menangis terisak. Setelah usai tangisnya, pengemis Yahudi buta yang selalu diberi makan oleh Nabi Muhammad saw itu meminta kepada Khalifah Abu Bakar untuk menuntunnya masuk Islam dan mengucapkan kalimat dua syahadat.
Share:

Bersedekah Terang-Terangan Atau Sembunyi?

Bersedekah secara terang-terangan atau sembunyi sama-sama diperbolehkan dalam agama Islam. Allah telah memerintahkan dan memperbolehkan bersedekah baik itu secara terang-terangan atau pun dengan cara sembunyi-sembunyi seperti yang tercantum dalam Al-Quran surat An-Nahl ayat 75, dan surat Faathir ayat 29.

Nabi Muhammad saw telah memberikan contoh bahwa sedekah secara terang-terangan boleh dilakukan. Pada masa perang Tabuk, dibutuhkan bekal yang banyak untuk pasukan muslim. Nabi Muhammad saw mengumpulkan para sahabat dan bertanya siapa yang mau menyumbang atau bersedekah? Silahkan berdiri. Maka berdirilah Utsman Bin Affan, beliau menyatakan bersedekah 100 ekor unta dan kemudian ditambahnya lagi 200 ekor, sehingga jumlah yang disedekahkannya itu menjadi 300 ekor unta.

Contoh sedekah dengan cara sembunyi-sembunyi dilakukan oleh sayyidina Ali Zainal Abidin (cucu Nabi Muhammad saw). Beliau memberi sedekah kepada kaum fakir miskin kota Madinah. Cara yang beliau lakukan adalah dengan memberi bekal atau makanan pada malam hari dengan menutupi wajahnya sehingga orang yang diberi sedekah tidak tahu siapa orang yang memberinya. Hal ini baru diketahui ketika beliau meninggal, ketika saat jasadnya dimandikan ada bekas hitam di pundak beliau. Setelah ditanya-tanya kepada kerabat, akhirnya salah seorang pembantu beliau mengatakan bahwa itu adalah bekas memikul makanan yang beliau lakukan sendiri di malam hari mengantarkan makanan pada fakir miskin dan ia (pembantu tadi) pernah memergokinya satu kali kemudian menawarkan diri untuk memikul makanan itu tapi sayyidina Ali Zainal Abidin menolaknya.

Dengan dua contoh di atas, dapat dilihat bahwa sedekah boleh dilakukan terang-terangan dan boleh juga dilakukan secara sembunyi. Mana yang kita pilih itu tergantung kita sendiri yang menentukannya karena ketika sudah ikhlas dan sukarela, tentu tidak ada masalah terhadap kedua hal itu. Hanya saja, ketika bersedekah terang-terangan, bisakah kita meredam hati atau perasaan kita agar jangan sampai hal itu menjadi riya. :-)
Share:

Wednesday, January 13, 2016

Menyebut-nyebut Sedekah Yang Telah Diberikan

Sedekah adalah berupa pemberian seorang muslim kepada orang lain secara sukarela dan ikhlas tanpa dibatasi oleh waktu atau jumlahnya. Jika ditinjau dari pemberian yang sukarela dan ikhlas, tentu yang melakukan tindakan itu berbuat atas kehendak sendiri dan tanpa mengharap balasan dari orang yang telah diberinya itu. Bila seseorang bersedekah dan kemudian dia menyebut-nyebutkan kepada yang lain bahwa ia telah bersedekah, tentu ini bisa dianggap tidak sukarela dan tidak ikhlas lagi. Karena jelas ia mengharapkan sesuatu ketika ia menyebut-nyebutkan sedekahnya itu, katakanlah sebuah pujian.

Allah telah berfirman dalam Al-Quran pada surat Al-Baqarah ayat 264 yang artinya, Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu menghilangkan (pahala) sedekahmu dengan menyebut-nyebutnya dan menyakiti (perasaan si penerima), seperti orang yang menafkahkan hartanya karena riya kepada manusia dan dia tidak beriman kepada Allah dan hari kemudian. Maka perumpamaan orang itu seperti batu licin yang di atasnya ada tanah, kemudian batu itu ditimpa hujan lebat, lalu menjadilah dia bersih (tidak bertanah). Mereka tidak menguasai sesuatupun dari apa yang mereka usahakan; dan Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang kafir.

Ayat ini telah menyampaikan dengan jelas bahwa apabila seseorang bersedekah dan kemudian menyebut-nyebutnya, hal itu hampir bisa dikatakan perbuatan riya. Jadi sebaiknya jangan menyebut-nyebut sedekah yang telah diberikan.
Share:

Tuesday, January 12, 2016

Menyembunyikan Sedekah Cara Khalifah Abu Bakar

Khalifah Abu Bakar dikenal sebagai seorang yang sangat dermawan, beliau sangat rajin bersedekah. Selagi ada yang bisa beliau sedekahkan, beliau melakukannya. Keikhlasan beliau dalam bersedekah tercermin pada apa yang beliau lakukan ketika membantu seorang wanita tua yang tinggal di padang pasir semasa itu.

Pada masa itu, setelah shalat subuh Khalifah Abu Bakar terbiasa pergi ke padang pasir dan kemudian kembali lagi. Tak ada seorang pun yang tahu, apa gerangan yang dilakukan Khalifah Abu Bakar di padang pasir itu. Karena penasaran, akhirnya Umar Bin Khatab membuntuti beliau.
Ternyata yang dikunjungi Abu Bakar adalah sebuah tenda kumuh yang berada di tengah padang pasir. Umar Bin Khatab bersembunyi di balik batu besar dan tak lama kemudian Abu Bakar keluar dari tenda tersebut.
Tak lama kemudian Umar Bin Khatab pun masuk ke dalam tenda tersebut. Ternyata di dalam tenda itu ada seorang wanita tua dan buta dan seorang bayi kecil.
Umar Bin Khatab bertanya,"Siapa yang datang pada kalian tadi?"
Wanita itu menjawab, "Aku tidak tahu. Yang jelas dia seorang muslim. Setiap pagi ia datang kemari."
"Apa yang ia perbuat?" tanya Umar Bin Khatab
"Ia menyapu rumah kami, mencampur adonan kami, memeras susu ternak kami, lalu pulang." jawab wanita itu.

Sambil keluar Umar Bin Khatab berkata, "Engkau membuat lelah penggantimu, wahai Abu Bakar. Engkau membuat lelah para penggantimu, wahai Abu Bakar."
Dari kisah itu terlihat bagaimana cara yang dilakukan Khalifah Abu Bakar menolong seseorang. Bagi beliau, tak perlu seorangpun mengetahui tentang apa yang dilakukannya bahkan yang ditolongnya pun tak tahu siapa beliau. Artinya beliau sengaja menyembunyikan sedekah tenaga yang beliau lakukan pada seorang wanita tua dan buta itu.

Share:

Bertanya Tentang Iman

Dalam agama Islam yang dimaksud dengan Iman adalah pembenaran atau percaya. Adakalanya seseorang bertanya-tanya atau timbul keraguan atas apa yang telah ia percayai itu. Contoh, ketika sahabat Nabi Muhammad saw pernah bertanya kepada Nabi, "Wahai Nabi, ada ganjalan di dalam jiwa saya. Lebih baik rasanya terjerumus ke jurang yang dalam daripada mengucapkannya". Nabi pun bersabda, "Apakah kalian telah merasakan itu?" "Kami merasakannya," jawab para sahabat. "Alhamdulillah, itulah iman," jawab Nabi Muhammad saw. Iman yang dimaksud ini tentu pembenaran yang menyangkut tentang apa yang disampaikan oleh Nabi Muhammad saw, yang pokok-pokoknya terlihat dalam rukun iman.

Masing-masing orang mempunyai tingkatan keimanan yang berbeda. Iman seseorang pun bahkan bisa berbeda pada satu saat dibanding dengan saat lainnya. Artinya iman itu bisa bertambah dan bisa berkurang. Pada tahap awal, pada orang yang katanya beriman, akan timbul berbagai pertanyaan dalam dirinya tentang objek-objek keimanannya itu. Hal itu wajar, bahkan dalam Al-Quran pada surat Al-Baqarah ayat 260 diungkapkan dimana Nabi Ibrahim as masih juga bertanya kepada Allah saw tentang hari kiamat.

Jadi iman itu hanya bisa dirasakan bagi orang yang menyatakan dirinya beriman. Dan orang beriman wajib untuk memupuk atau menjaga keimanannya dengan cara membaca tentang agama, bertanya pada ulama atau banyak beribadah, sehingga tak ada lagi keraguan dalam hatinya terhadap apa yang diimankan itu.

Share:

Monday, January 11, 2016

Apa Sabar Itu Ada Batasnya?

Dalam kehidupan sehari-hari sering didengar ucapan "Sabar itu ada batasnya". Memang benar, tapi sampai dimana batas kesabaran itu? Apa acuan batas kesabaran seseorang sehingga dia tidak sabar lagi? Memang pada dasarnya manusia adalah makhluk yang terbatas dalam segala sifatnya. Tingkat kesabaran masing-masing orang berbeda-beda. Ada yang besar atau panjang masa sabarnya dan ada pula yang singkat, sebentar saja dia sudah tak sabar lagi.

Apa sabar itu ada batasnya? Sebelum menjawab pertanyaan ini, ada baiknya kita mengingat kisah Nabi Ayyub. Beliau adalah seorang nabi kaya raya yang baik hati dan kemudian menjadi jatuh miskin (sangat miskin). Nabi Ayyub diuji kesabarannya dalam menhadapi cobaan mulai dari kehilangan harta kekayaan, anak bahkan penyakit yang dideritanya sendiri. Namun beliau tetap sabar menghadapi cobaan tersebut.

Dari kisah di atas dapat kita lihat bahwa begitu besarnya tingkat kesabaran Nabi Ayyub. Kenapa beliau bisa menerima keadaan yang menimpa beliau itu? Itu karena ketakwaannya terhadap Allah. Jadi apabila ditanya "apakah sabar itu ada batasnya?" jawabannya adalah seberapa tingkat keimanan atau ketakwaan seseorang kepada Allah. Semakin bertakwa seseorang, semakin besar dan semakin panjang pula kesabarannya sehingga dapat dikatakan mencapai tingkat kesabaran yang tidak terbatas. Hal ini juga menunjukkan bahwa ia percaya pada qadar baik dan qadar buruk yang merupakan rukun iman yang keenam.

Share:

Sunday, January 10, 2016

Naik Haji Karena Ikhlas Bersedekah

Kisah ini adalah tentang seseorang yang mendapat imbalan untuk pergi naik haji karena ikhlas bersedekah. Ada seorang pedagang gorengan yang selalu menyisakan buntut singkong goreng yang tidak terjual kepada seorang anak kecil yang selalu bermain di tempat mangkalnya.

Tanpa terasa, sudah lebih dari 20 tahun dia menjalankan usahanya sebagai tukang gorengan tanpa ada perubahan yang berarti.
Pada suatu hari datang seorang pria dengan mobil mewah menghampiri gerobak gorengannya. Pria itu bertanya, "Ada gorengan buntut singkong, pak?"
Si tukang goreng menjawab, "Gak ada, mas".
"Saya kangen sama buntut singkongnya, pak. Dulu waktu kecil, ketika ayah saya baru meninggal, tidak ada yang membiayai hidup saya. Teman-teman mengejek saya karena tidak bisa membeli jajanan. Tapi waktu itu bapak selalu memberi buntut singkong goreng setiap saya bermain di dekat gerobak bapak" kata pria itu.
Tukang gorengan terperangah. "Yang saya berikan dulu itu hanya buntut singkong. Kenapa kamu masih ingat saya?"
"Bapak bukan sekedar memberi buntut singkong, tapi juga memberi sebuah kebahagian dan harapan bagi saya. Saya tidak mungkin bisa membalas kebaikan budi bapak. Tapi, saya ingin memberangkatkan bapak untuk naik haji ke tanah suci. Semoga bapak bahagia." lanjut pria itu.
Si tukang goreng hampir tidak percaya karena hanya sebuah kebaikan / sedekah kecil tapi mendatangkan berkah yang begitu besar baginya.

Kisah ini memperlihatkan sebuah contoh kecil dimana apabila seseorang melakukan sedekah atau kebaikan dengan ikhlas walau hanya kecil atau apapun bentuknya maka ia akan mendapat imbalan yang sama sekali tak diduga. Renungkan, hanya karena memberi sebuah kebahagian pada seorang anak kecil dengan memberinya buntut singkong goreng, si tukang gorengan ini bisa naik haji. Semoga kita juga bisa ikhlas dalam bersedekah...


Share:

Saturday, January 9, 2016

Al-Qur'an Dibukukan Pada Zaman Khalifah

Keberadaan Al-Qur'an yang merupakan kitab pedoman hidup umat muslim saat ini mempunyai sejarah yang patut juga untuk diketahui. Al-Qur'an mulai dibukukan pada zaman khalifah, bukan pada masa Nabi Muhammad mengajarkan Islam. Di dalam Al-Qur'an terdapat ayat-ayat yang diwahyukan kepada Nabi Muhammad. Nabi Muhammad dalam hal menerima wahyu mengalami berbagai macam cara dan keadaan. Pada masa itu belum ada kertas seperti saat ini, orang menggunakan kulit binatang, batu yang tipis, pelepah kurma dan tulang binatang untuk ditulis dan menghafal sesuatu untuk selalu bisa diingat. Bangsa Arab mempunyai daya ingat yang sangat kuat.

Seiring dengan berjalan waktu Al-Qur'an mulai ditulis pada zaman Nabi Muhammad namun belum dibukukan. Selain menyuruh banyak orang untuk menghafal Al-Qur'an, Nabi juga menyuruh untuk menulisnya. Penulis-penulis beliau yang terkenal adalah; Ali bin Abi Thalib, Utsman bin Affan, Ubay bin Ka'ab, Zaid bin Tsabit dan Mu'awiyyah.

Abu Bakar menjadi khalifah pertama setelah nabi Muhammad wafat. Pada masa pemerintahannya banyak terjadi peperangan sehingga banyak para penghafal Al-Qur'an yang meninggal. Umar bin Kahtab khawatir akan hal itu dan menyarankan khalifah Abu Bakar untuk mengumpulkan ayat-ayat Al-Qur'an. Khalifah Abu Bakar meminta Zaid bin Tsabit untuk mengumpulkan ayat-ayat Al-Qur'an yang ditulis di daun, pelepah kurma, batu, tulang binatang, tanah keras dan dari penghafal-penghafal Al-Qur'an. Kemudian Zaid bin Tsabit mulai menulis dalam lembaran-lembaran dan diikat dengan benar, tersusun menurut urutan ayat-ayatnya sebagaimana yang telah ditetapkan oleh Rasulullah.
Mushhaf ini disimpankan oleh Abu Bakar dan dipindahkan ke rumah Umar Bin Khattab. Sesudah khalifah Umar bin Khattab meninggal, Mushhaf itu dipindahkan ke rumah Hafsah, putri Umar, istri Rasulullah.

Khalifah Utsman bin Affan meneruskan pemerintahan Umar bin Khattab dan ajaran Islam telah mulai meluas ke Mesir, Syria, Irak, Persia dan Afrika. Pada masa itu ada Huzaifah bin Yaman, ketika ikut dalam pertempuran di Armenia, beliau mendengar ucapan seorang muslim kepada temannya: "Bacaan saya lebih baik dari bacaanmu". Beliau pun melaporkannya kepada khalifah Utsman dan kemudian khalifah Utsman bin Affan meminta kepada Hafsah binti Umar untuk memberikan lembaran-lembaran Al-Qur'an yang ada padanya untuk dibukukan.
Khalifah Utsman bin Affan membentuk panitia yang dipimpin oleh Zaid bin Tsabit yang bertugas menyalin dari lembaran-lembaran tadi menjadi sebuah buku. Al-Qur'an yang telah dibukukan pada saat itu dinamai dengan "Al-Mushhaf", dan oleh panitia saat itu ditulis lima buah Al-Mushhaf. Empat buah di antaranya dikirim ke Mekah, Syria, Basrah, dan Khufah, agar di tempat-tempat itu disalin pula. Satu Al-Mushhaf tetap tinggal di Madinah untuk khalifah Utsman sendiri, itulah yang dikenal dengan "Mushhaf Al Iman"

Share:

Sunday, January 3, 2016

Kepada Siapa Sedekah Diberikan?

Kepada siapa sedekah diberikan?
Untuk menjawab pertanyaan itu ada baiknya kita memiliki pengetahuan tentang sedekah. Menurut arti kata sedekah berarti kesungguhan. Sedekah diberikan sukarela dan ikhlas. Dalam Al-Quran sudah disampaikan bahwa orang-orang yang telah diberi rezeki oleh Allah, dianjurkan untuk bersedekah (menafkahkan) sebahagian hartanya itu. Dan kepada siapa sedekah hendaknya diberikan dalam Al-Quran juga telah diuraikan dalam surat Al-Baqarah ayat 215 dan ayat 280, surat An-Nisaa' ayat 8, surat An-Nahl ayat 90 dan surat Al-Israa' ayat 26.

Uraian ayat yang mengatakan tentang orang-orang yang boleh diberi sedekah dalam Al-Quran adalah sebagai berikut:
  1. Dalam surat Al-Baqarah ayat 215 disebutkan mereka itu adalah: ibu-bapak, kaum kerabat, anak-anak yatim, orang-orang miskin dan orang-orang yang sedang dalam perjalanan.
  2. Dalam surat Al-Baqarah ayat 280 disebutkan mereka itu adalah: orang yang sedang dalam kesukaran (berhutang).
  3. Dalam surat An-Nisaa' ayat 8 disebutkan mereka itu adalah: kerabat, anak yatim dan orang miskin.
  4. Dalam surat An-Nahl ayat 90 disebutkan mereka itu adalah: kaum kerabat.
  5. Dalam surat Al-Israa' ayat 26 disebutkan mereka itu adalah: keluarga-keluarga yang dekat, kepada orang yang miskin dan dan orang yang dalam perjalanan.
Mungkin timbul pertanyaan: Apakah wajar memberikan sedekah kepada ibu-bapak?
Untuk menjawab pertanyaan itu, saya berbalik mengajukan pertanyaan: Ketika anda sudah menjadi orang yang berkecukupan, apakah anda kan membiarkan ibu-bapak anda hidup dalam kemiskinan?
Begitulah cara Islam untuk menjaga kehidupan umatnya. Sebenarnya situasi memberi sedekah kepada ibu-bapak itu sangat jarang terjadi bagi umat Islam yang muslim karena dalam nyatanya apabila seorang sudah mapan tentu tidak akan membiarkan ibu-bapaknya miskin.
Jadi intinya sedekah itu sebaiknya diberikan kepada anak-anak yatim, orang-orang miskin, orang dalam perjalanan, dan orang-orang dalam kesukaran. Ibu-bapak dan kaum kerabat sudah merupakan suatu tanggung jawab. Lucu jadinya apabila anda bersedekah puluhan juta untuk panti asuhan sementara ibu-bapak anda miskin dan tidak ada yang bisa dimakan di kampung.

Demikian juga memberi sedekah kepada kaum kerabat. Hanya saja mungkin ada kaum kerabat yang tidak mau menerima sedekah dari kerabatnya atau merasa direndahkan padahal dia butuh. Dan itu tergantung cara memberikan, dalam Al-Quran sudah disampaikan juga bahwa ketika memberikan sedekah jangan menyakiti hati yang menerimanya. Bahkan jika memang ingin bersedekah kepadanya lakukanlah secara tersembunyi, bagaimana caranya anda sendiri yang tau. Walaupun dia tidak tau darimana datangnya sedekah (rezeki menurutnya) itu, Allah pasti mengetahui apa yang anda lakukan.



Share:

Friday, January 1, 2016

Memberi Tenggang Waktu Juga Merupakan Sedekah

Sedekah bisa dalam bentuk apa saja asalkan ikhlas ketika memberinya. Sedekah tidak hanya berupa uang, barang, makanan, tenaga atau lainnya. Memberi tenggang waktu saja sudah merupakan sebuah sedekah.

Dalam surat Al-Baqarah ayat 280, Allah berfirman yang artinya: Dan jika (orang berhutang itu) dalam kesukaran, maka berilah tangguh sampai ia berkelapangan. Dan menyedekahkannya (sebagian atau semua utang) itu, lebih baik bagimu, jika kamu mengetahui.
Dari ayat ini dapat kita lihat bahwa betapa Islam memberi ajaran kepada umat muslim untuk mau bertenggang rasa kepada sesama yang benar-benar sedang dalam kesulitan. Dalam kehidupan sehari-hari, agama Islam sudah memprediksi bahwa suatu waktu nanti umat nya akan menemui perihal hutang piutang dan segala permasalahan dalam hutang piutang tersebut. Misalnya, ketika saat untuk membayar sudah sampai waktunya, namun orang yang berhutang belum mempunyai harta untuk membayar hutang (benar-benar tidak ada) maka Islam menganjurkan agar mau memberi tenggang waktu pada orang tersebut sampai dia mampu untuk membayar hutangnya. Dan ketika dia memberi kelapangan atau tenggang waktu tersebut, Allah telah memberi balasan pahala kepadanya karena telah bersedekah waktu.

Namun begitu, bagi yang mempunyai hutang jangan pula menjadikan ayat ini menjadi alasan untuk mengharapkan belas kasihan si pemberi hutang agar mau memberi tenggang waktu untuk mengulur pembayaran hutangnya itu.

Share:

Imbalan Bagi Sedekah Yang Ikhlas

Bersedekah adalah pemberian yang diberi secara sukarela dan ikhlas, merupakan sebuah perbuatan amal kebaikan dimana setiap amal kebaikan pasti akan mendapat imbalan kebaikan pula. Bagi orang yang suka bersedekah Allah menjamin bahwa mereka akan mendapat balasan atau imbalan dari Allah, hal itu diungkapkan atau disampaikan Allah melalui ayat-ayat Al-Quran sebagai berikut;
  1. Surat Al-Baqarah ayat 254, yang artinya: Siapakah yang mau memberi pinjaman kepada Allah, pinjaman yang baik (menafkahkan hartanya di jalan Allah), maka Allah akan melipat gandakan pembayaran pinjaman kepadanya dengan lipat ganda yang banyak. Dan Allah menyempitkan dan melapangkan (rezeki) dan kepada-Nya-lah kamu dikembalikan.
  2. Surat Al-Baqarah ayat 261, yang artinya: Perumpamaan (nafkah yang dikeluarkan oleh) orang-orang yang menafkahkan hartanya di jalan Allah adalah serupa dengan sebutir benih yang menumbuhkan tujuh bulir, pada tiap-tiap bulir seratus biji. Allah melipat gandakan (ganjaran) bagi siapa yang Dia kehendaki. Dan Allah Maha Luas (karunia-Nya) lagi Maha Mengetahui.
  3. Surat Al-Baqarah ayat 262, yang artinya: Orang-orang yang menafkahkan hartanya di jalan Allah, kemudian mereka tidak mengiringi apa yang dinafkahkannya itu dengan menyebut-nyebut pemberiannya dan dengan tidak menyakiti (perasaan si penerima), mereka menerima pahala di sisi Tuhan mereka. Tidak ada kekhawatiran di antara mereka dan tidak (pula) mereka bersedih hati.
  4. Surat Al-Baqarah ayat 268, yang artinya: Syaitan menjanjikan (menakut-nakuti) kamu dengan kemiskinan dan menyuruh kamu berbuat kejahatan (kikir); sedang Allah menjadikan untukmu ampunan daripada-Nya dan karunia. Dan Allah Maha Luas (karunia-Nya) lagi Maha Mengetahui.
  5. Surat Al-Baqarah ayat 274, yang artinya: Orang-orang yang menafkahkan hartanya di malam dan di siang hari secara tersembunyi dan terang-terangan, maka mereka mendapat pahala di sisi Tuhannya. Tidak ada kekhawatiran di antara mereka dan tidak (pula) mereka bersedih hati.
  6. Surat Ar-Ra'd ayat 22, yang artinya: Dan orang-orang yang sabar karena mencari keridhaan Tuhannya, mendirikan shalat dan menafkahkan sebagian rezeki yang Kami berikan kepadanya, secara sembunyi dan terang-terangan serta menolak kejahan dengan kebaikan; orang-orang itulah yang mendapat tempat kesudahan (yang baik),
  7. Surat Saba' ayat 39, yang artinya: Katakanlah:"Sesungguhnya Tuhanku melapangkan rezeki bagi siapa yang dikehendaki-Nya di antara hamba-hamba-Nya dan menyempitkan bagi (siapa yang dikehendaki-Nya)." Dan barang apa yang kamu nafkahkan, maka Allah akan menggantinya dan Dia-lah Pemberi rezeki yang sebaik-baiknya.
Dari uraian ayat di atas disampaikan bahwa Allah akan memberikan imbalan atau balasan bagi oran-orang yang bersedekah, imbalan yang diberikan bisa berupa pahala atau ampunan bahkan Allah menggantinya berlipat ganda dari apa yang telah disedekahkan. Pada surat Al-Baqarah ayat 261, Allah menyatakan bahwa Allah akan melipat gandakan (sedekah) sebanyak 700 kali. Dan ditegaskan juga bahwa sedekah itu adalah pemberian yang ikhlas.

Share:

Perintah Bersedekah Di Dalam Al-Quran

Sebagai seorang muslim yang telah mempercayai dan menjadikan kitab suci Al-Quran sebagai pedoman hidup, tentu apa-apa yang diajarkan atau dianjurkan dalam Al-Quran tersebut wajib dilakukan. Perintah untuk melaksanakan sedekah dicantumkan dalam Al-Quran. Jadi tidak ada alasan lagi untuk tidak bersedekah.

Adapun ayat-ayat dalam kitab suci Al-Quran yang menganjurkan untuk melakukan sedekah adalah sebagai berikut;
  1. Surat Al-Baqarah ayat 195, yang artinya: Dan belanjakanlah (harta bendamu) di jalan Allah, dan janganlah kamu menjatuhkan dirimu sendiri ke dalam kebinasaan, dan berbuat baiklah, karena sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang berbuat baik.
  2. Surat Al-Baqarah ayat 254, yang artinya: Hai orang-orang yang beriman, belanjakanlah (di jalan Allah) sebagian dari rezeki yang telah Kami berikan kepadamu sebelum datang hari yang pada hari itu tidak ada lagi jual beli dan tidak ada lagi syafa'at. Dan orang-orang kafir itulah orang-orang yang zalim.
  3. Surat Al-Baqarah ayat 261, yang artinya: Perumpamaan (nafkah yang dikeluarkan oleh) orang-orang yang menafkahkan hartanya di jalan Allah adalah serupa dengan sebutir benih yang menumbuhkan tujuh bulir, pada tiap-tiap bulir seratus biji. Allah melipat gandakan (ganjaran) bagi siapa yang Dia kehendaki. Dan Allah Maha Luas (karunia-Nya) lagi Maha Mengetahui.
  4. Surat Al-Baqarah ayat 267, yang artinya: Hai orang-orang yang beriman, nafkahkanlah (di jalan Allah) sebagian dari hasil usahamu yang baik-baik dan sebagian dari apa yang Kami keluarkan dari bumi untuk kamu. Dan janganlah kamu memilih yang buruk-buruk lalu kamu menafkahkan daripadanya, pada hal kamu sendiri tidak mau mengambilnya melainkan dengan memicingkan mata terhadapnya. Dan ketahuilah, bahwa Allah Maha Kaya lagi Maha Terpuji.
  5. Surat An-Nisaa' ayat 39, yang artinya: Apakah kemudharatannya bagi mereka, kalau mereka beriman kepada Allah dan hari kemudian dan menafkahkan sebagian rezeki yang telah diberikan Allah kepada mereka? Dan Allah Maha Mengetahui keadaan mereka.
  6. Surat Al-Anfaal ayat 3, yang artinya: (yaitu) orang-orang yang mendirikan shalat dan menafkahkan sebagian rezeki yang Kami berikan kepada mereka.
  7. Surat At-Taubah ayat 104, yang artinya: Tidaklah mereka mengetahui, bahwasanya Allah menerima taubat dari hamba-hamba-Nya dan menerima sedekah dan bahwasanya Allah Maha Penerima taubat lagi Maha Penyayang.
  8. Surat Yusuf ayat 88, yang artinya: Maka ketika masuk ke (tempat) Yusuf, mereka berkata: "Hai Al Aziz, kami dan keluarga kami telah ditimpa kesengsaraan dan kami datang membawa barang-barang yang tak berharga, maka sempurnakanlah sukatan untuk kami, dan bersedekahlah kepada kami, sesungguhnya Allah memberi balasan kepada orang-orang yang suka bersedekah."
  9. Surat Ar-Ra'd ayat 22, yang artinya: Dan orang-orang yang sabar karena mencari keridhaan Tuhannya, mendirikan shalat, dan menafkahkan sebagian rezeki yang Kami berikan kepada mereka, secara sembunyi atau terang-terangan serta menolak kejahatan dengan kebaikan; orang-orang itulah yang mendapat tempat kesudahan (yang baik),
  10. Surat An-Nahl ayat 75, yang artinya: Allah membuat perumpamaan dengan seorang hamba sahaya yang dimiliki yang tidak dapat bertindak terhadap sesuatupun dan seorang yang Kami beri rezeki yang baik dari Kami, lalu dia nafkahkan rezeki itu secara sembunyi dan terang-terangan, adakah mereka itu sama? Segala puji hanya bagi Allah, tetapi kebanyakan mereka tiada mengetahuinya.
  11. Surat Faathir ayat 29, yang artinya: Sesungguhnya orang-orang yang selalu membaca kitab Allah dan mendirikan shalat dan menafkahkan dari sebagian dari rezeki yang Kami anugerahkan kepada mereka dengan diam-diam dan terang-terangan, mereka itu mengharapkan perniagaan yang tidak akan merugi,
  12. Surat Al-Hadiid ayat 7, yang artinya: Berimanlah kamu kepada Allah dan Rasul-Nya dan nafkahkanlah sebagian dari hartamu yang Allah telah menjadikan kamu menguasainya. Maka orang-orang yang beriman di antara kamu dan menafkahkan (sebagian) dari hartanya memperolah pahala yang besar.
  13. Surat Al-Hadiid ayat 10, yang artinya: Dan mengapa kamu tidak menafkahkan (sebagian hartamu) pada jalan Allah, padahal Allah-lah yang mempusakai (mempunyai) langit dan bumi? Tidak sama di antara kamu orang yang menafkahkan (hartanya) dan berperang sebelum penaklukan (Mekah). Mereka lebih tinggi derajatnya daripada orang-orang yang menafkahkan (hartanya) dan berperang sesudah itu. Allah menjanjikan kepada masing-masing mereka (balasan) yang lebih baik. Dan Allah mengetahui apa yang kamu kerjakan.
  14. Surat Al-Munaafiquun ayat 10, yang artinya: Dan belanjakanlah sebagian dari apa yang telah Kami berikan kepadamu sebelum datang kematian kepada salah seorang di antara kamu; lalu berkata: "Ya Rabb-ku, mengapa Engkau tidak menangguhkan (kematian)ku sampai waktu yang dekat, yang menyebabkan aku dapat bersedekah dan aku termasuk orang-orang yang saleh?"
  15. Surat Ad-Dhuhaa ayat 10, yang artinya: Dan terhadap orang yang minta-minta, janganlah kamu menghardiknya.
Dari uraian di atas nampak bahwa Allah jelas-jelas memerintahkan umat muslim untuk melakukan sedekah. Di dalam Al-Quran juga disampaikan bahwa Allah pasti akan memberi balasan bagi orang yang melakukan sedekah, selain itu Allah juga menegaskan bahwa harta yang dimiliki oleh umat manusia ini adalah pemberian dari-Nya. Jadi apa sulitnya untuk memberi sedekah yang jelas-jelas harta tersebut adalah pemberian Allah.

Share:

Cari Artikel Di Sini.

Advertice

loading...

Recent

Kitab AlHikam

WebAris.Id

Copyright © Irsyah Putra
Author by Healthy Life | Support by WebAris.Id