Twitter Facebook Delicious Digg Stumbleupon Favorites More

Wednesday, September 4, 2013

Keajaiban Bahasa Arab dalam Al-Qur'an

Nabi Muhammad S.A.W. bersabda bahwa setiap nabi Allah mempunyai mukjizat yang meyakinkan. Sebuah mukjizat yang membuat orang-orang yang melihatnya, walaupun mereka tidak mengakuinya dengan lidah mereka, tetapi hati mereka mengakui bahwa mukjizat itu datang dari Tuhan. Jadi mereka yakin bahwa orang itu seorang nabi Tuhan.
Misalnya, Musa diberi mukjizat dapat membelah Laut Merah. Dan ketika Fir’aun melihatnya, sebenarnya ia tahu bahwa Musa memang nabi Tuhan. Ketika hampir tenggelam, dia berkata "Sekarang saya beriman kepada-Mu Tuhan", namun taubatnya sudah tidak lagi diterima Allah. Misalnya Nabi Isa bisa menyembuhkan orang-orang yang sakit, ia menyembuhkan penderita kusta, menyembuhkan orang buta, bahkan orang yang sudah mati dapat dibangkitkan olehnya atas izin Tuhan.
Tapi Nabi Muhammad S.A.W. bersabda: "Aku telah diberikan Al’Quran dan aku berharap karenanya, ada lebih banyak orang yang masuk agamaku daripada nabi lainnya." Beberapa dari kalian mungkin berkata: "Bagaimana mungkin Al-Qur'an adalah mukjizat?" Namun, jika anda membaca tulisan sebelumnya, maka anda tahu bahwa Al’Quran tetap utuh dan asli selama ribuan tahun. Ini sesuatu yang luar biasa.
Tapi sesuatu yang luar biasa bukan berarti mukjizat. Jadi apa definisi mukjizat? Mukjizat adalah sesuatu yang tidak bisa dicapai oleh proses alam. Dan mukjizat sangat berbeda dengan sihir karena ada banyak hal yang tidak bisa dilakukan penyihir. Seperti misalnya ketika Musa menghadap Fir’aun, mukjizat yang diberikan Tuhan kepada Musa adalah tongkatnya. Ketika ia melemparkan tongkat itu dan tongkatnya berubah menjadi ular, maka Firaun berkata: "Para penyihirku juga bisa mengubah tongkatnya menjadi ular." Perlu diketahui bahwa para penyihir Fir’aun begitu ahli. Sihir di Mesir pada zaman itu merupakan kesenian yang telah mencapai puncaknya. Banyak masyarakat Mesir pada zaman itu yang terlibat dengan praktek-praktek sihir. Bahkan ada sejenis mantra sihir yang dapat menghidupkan para Fir’aun terdahulu yang telah mati untuk beberapa saat.
Jadi ia memanggil penyihirnya dan mengadakan kompetisi antara para penyihir melawan Musa. Para penyihir melalui sihir mereka berhasil menipu orang-orang yang berpikir bahwa tongkat mereka adalah ular. Tapi kemudian ketika Musa melemparkan tongkatnya dan menghancurkan sihirnya, dan para penyihir sendiri menyadari bahwa mukjizat Nabi Musa tidak bisa ditandingi penyihir mana pun.
Para penyihir terkejut, mereka tahu bahwa mukjizat Musajauh melampaui kemampuan mereka. Mereka tahu persis bahwa Nabi Musa mendapatkan mukjizat dari Tuhan. Bagi mereka itu adalah mukjizat yang meyakinkan.
Demikian pula di zaman Nabi Isa A.S. (Yesus), orang-orang Yahudi sangat terampil di bidang kedokteran. Tapi ketika Yesus datang dan dapat menyembuhkan orang buta, menyembuhkan penyakit kusta, bahkan orang yang sudah mati bisa dihidupkan kembali olehnya. Karena mukjizat Nabi Isa A.S. (Yesus) yang luar biasa ini, maka mereka tahu bahwa mukjizatnya berasal dari Allah.
Jadi bagaimana mungkin sebuah kitab, yakni Al’Quran dapat menyaingi mukjizat Nabi-nabi yang lain seperti misalnya Nabi Musa A.S. dan Nabi Isa A.S. (Yesus)? Dan tentu saja bahwa setiap mukjizat hanya cocok untuk masa tertentu dan untuk bangsa tertentu. Mukjizat Nabi Musa hanya cocok untuk bangsa Mesir pada zaman itu, karena pada zaman itu mereka begitu mengagumi seni sihir.
Demikian pula, di zaman Nabi Isa A.S. (Yesus), orang-orang yang ahli dalam bidang kedokteran sangat terkesan dengan mukjizat Nabi Isa, sehingga mereka tahu bahwa mukjizatnya berasal dari Allah. Jadi mukjizat-mukjizat para nabi hanya cocok untuk zaman tertentu dan untuk kaumnya saja.
Namun Al-Qur'an adalah mukjizat untuk sepanjang masa. Dan mukjizat Al’Quran, bukanlah hanya pada bagian tertentu saja, namun dari segala aspeknya. Dan salah satu mukjizat Al’Quran adalah ayat-ayatnya, yang dapat menceritakan tentang alam ini, yang biasanya hanya diketahui di kalangan para ilmuwan. Al’Quran berisi informasi yang tidak mungkin diketahui orang pada masa 1.400 tahun yang lalu. Inilah mukjizat ilmiah dari Al’Quran, karena Al’Quran adalah pedoman bagi kita di pada zaman modern sekarang, seperti juga halnya Al-Qur'an merupakan pedoman pada zaman Nabi Muhammad S.A.W.
Tapi topik kita dalam tulisan ini bukanlah mukjizat ilmiah Al-Qur'an. Kita akan membahasnya dalam tulisan selanjutnya. Topik kita pada tulisan kali ini adalah tentang keajaiban bahasa Al-Qur'an.  

Kita tahu bahwa bahasa Arab adalah bahasa yang hidup. Orang-orang masih berbicara dalam bahasa Arab pada zaman sekarang. Orang-orang zaman sekarang bisa memahami isi Al-Qur'an meskipun kitab ini telah berumur 1.400 tahun. Di dunia ini, mungkin hanya Al-Qur’an-lah satu-satunya kitab yang memiliki kelebihan ini, sebuah kitab yang sangat kuno tapi orang-orang masih dapat mengerti & memahami bahasanya.
Selanjutnya, saya ingin menjelaskan keadaan jazirah Arab pada zaman Nabi Muhammad S.A.W. Jazirah Arab pada zaman Nabi Muhammad adalah sebuah negeri dengan peradaban yang terbelakang. Tidak ada teknologi yang maju disana, bahkan kehidupan di Jazirah Arab pada masa Nabi Muhammad bersifat barbar. Orang-orang Arab pada masa itu sangat kejam. Kebiasaan mereka adalah membunuhi bayi-bayi perempuan. Mereka juga tidak punya jalan-jalan yang bagus, tidak ada bangunan yang bagus, semuanya serba terbelakang.
Satu-satunya peradaban yang mereka miliki adalah kemampuan berbahasa. Mereka sangat ahli dalam berbahasa. Bahkan, mereka menjuluki orang-orang non-Arab dengan sebutan ajmi” yang berarti orang bodoh dan bisu. Mereka juga sangat menyukai puisi. Bahkan mereka memiliki pasar untuk orang-orang yang suka berpuisi. Pasar itu bernama "wuhaz."
Perlu diketahui bahwa Nabi Muhammad S.A.W. buta huruf, dia bukan seorang yang berpendidikan, dia bukan seorang sastrawan, dan dia bukan seorang penyair. Namun dia dikenal sebagai orang yang jujur dan dapat dipercaya. Dan kemudian dia datang membawa ayat-ayat Al-Qur'an yang luar biasa kualitasnya. Ayat-ayat Al-Qur’an merupakan karya sastra yang sangat luar biasa dengan tata bahasa yang tidak dapat ditandingi orang-orang Arab manapun. Inilah bukti bahwa Al-Qur'an memang berasal dari Tuhan.
Dan Allah membuat tantangan. Tantangan yang pertama adalah karena orang-orang berkata: "Muhammad-lah yang mengarang-ngarang Al’Quran." Jadi ayat Al-Qur'an pun diturunkan Allah. Dalam surat ke Ath-Thuur dalam ayat 33-34
Ataukah mereka mengatakan: "Dia (Muhammad) membuat-buatnya." Sebenarnya mereka tidak beriman. Maka hendaklah mereka mendatangkan kalimat yang semisal Al Qur'an itu jika mereka orang-orang yang benar.” (Q.S. Ath Thuur:33-34)
Dan para orang-orang kafir Mekkah tidak mampu membuat sesuatu yang menandingi Al-Qur’an, maka kemudian Allah berfirman dalam surat Hud ayat 13-14
Bahkan mereka mengatakan: "Muhammad telah membuat-buat Al Qur'an itu", Katakanlah: "(Kalau demikian), maka datangkanlah sepuluh surat-surat yang dibuat-buat yang menyamainya, dan panggillah orang-orang yang kamu sanggup (memanggilnya) selain Allah, jika kamu memang orang-orang yang benar. Jika mereka yang kamu seru itu tidak menerima seruanmu (ajakanmu) itu maka ketahuilah, sesungguhnya Al Qur'an itu diturunkan dengan ilmu Allah, dan bahwasanya tidak ada Tuhan selain Dia, maka maukah kamu berserah diri (kepada Allah)?” (Q.S. Hud:13-14)
Dan ini tidak pernah dilakukan para penyair sebelumnya. Jika mereka diberi tantangan, maka mereka harus merespon sendiri, mereka tidak pernah meminta bantuan orang lain. Bagaimana mungkin anda bisa membuktikan bahwa anda adalah seorang penyair besar, jika anda meminta bantuan orang lain? Meskipun begitu, Allah berfirman bahwa mereka cukup membuat sepuluh surat saja dan mereka dapat memanggil kawan-kawan mereka untuk membantu. Tapi mereka masih tidak sanggup memenuhi tantangan ini.
Jadi Allah memberikan mereka tantangan yang sangat mudah. Di surat Al-Baqarah dalam ayat 23-24:
"Dan jika kamu (tetap) dalam keraguan tentang Al Quran yang Kami wahyukan kepada hamba Kami (Muhammad), buatlah satu surat (saja) yang semisal Al Quran itu dan ajaklah penolong-penolongmu selain Tuhan, jika kamu orang-orang yang benar. Maka jika kamu tidak dapat membuat(nya) -- dan pasti kamu tidak akan dapat membuat(nya), peliharalah dirimu dari neraka yang bahan bakarnya manusia dan batu, yang disediakan bagi orang-orang kafir." 
(Q.S. Al-Baqarah:23-24)
Inilah tantangannya. Dan surat yang paling pendek adalah:
innaaa'thaynaakal kawtsar. fashalli lirabbika wanhar. inna syaani-aka huwal-abtar."  
(Q.S. Al-Kautsar)
Hanya tiga ayat namun orang-orang Arab manapun tidak mampu membuat tiga ayat saja yang seperti Al’Quran. Dan Allah berfirman bahwa selamanya tidak akan ada yang mampu menandingi Al’Quran.
Di surat Al-Isra’ dalam ayat 88:
"Katakanlah: "Sesungguhnya jika manusia dan jin berkumpul untuk membuat yang serupa Al Qur'an ini, niscaya mereka tidak akan dapat membuat yang serupa dengan dia, sekalipun sebagian mereka menjadi pembantu bagi sebagian yang lain.”(Al-Isra’:88)
Bagaimana mungkin Nabi Muhammad yang buta huruf, tidak pandai berpuisi, namun dia dapat menghasilkan sebuah karya yang tak tertandingi, yang begitu indah, dan begitu fasih, bahkan para ahli dari segala macam puisi dalam bahasa Arab tidak dapat menandingi surat terpendek Al-Qur'an? Bahkan mereka lebih memilih untuk melawan Nabi Muhammad sehingga perdagangan dan reputasi mereka hancur. Bagaimana mungkin mereka lebih memilih untuk menderita, daripada hanya memenuhi tantangan sederhana untuk membuat satu surat yang semisal Al’Quran? Itu karena mereka tidak akan pernah bisa melakukannya.
Dan At-Taburi, seseorang yang terkenal dalam menjelaskan keindahan Al’Quran, dia berkomentar:
" Al’Quran berekspresi dengan kefasihan terbesar, membuat maksud pembicara jelas & memfasilitasi pemahaman pendengar, yang merupakan tingkat tertinggi yang paling gemilang dari keindahan. Dan Al-Qur’an naik melampaui tingkat kefasihan dan kemampuan manusia sehingga tidak ada hamba Tuhan yang mampu menyamainya. Maka hal ini menjadi bukti & tanda bagi Nabi Muhammad sebagai utusan Yang Maha Kuasa. Maka Al-Qur’an dapat disamakan dengan mukjizat membangkitkan orang mati, menyembuhkan penderita kusta, dan menyembuhkan orang buta. Semua ini membuktikan tanda-tanda kerasulan, karena semua ini melampaui tingkat pencapaian yang dapat dicapai oleh obat-obatan, umat manusia, & terapi penyembuhan.
Sangat jelas bahwa tidak ada wacana yang lebih fasih, tidak ada kebijaksanaan yang lebih mendalam, tidak ada pidato yang lebih luhur, tidak ada bentuk ekspresi yang lebih mulia daripada wacana yang jelas yang berasal dari ucapan seorang pria. Dia menantang orang-orang yang mengaku sebagai penguasa seni pidato, retorika, puisi, prosa, prosa berirama, dan sajak-sajak peramal. Muhammad S.A.W. menghancurkan khayalan mereka untuk menunjukkan betapa tidak memadainya logika mereka. Ia memisahkan diri dari agama mereka dan memanggil mereka semua untuk mengikutinya, untuk menerima seruannya, untuk bersaksi kepada kebenaran, dan menegaskan bahwa ia adalah utusan yang dikirim Tuhan kepada mereka. Dia membuat mereka tahu bahwa kebenaran yang dia katakan adalah bukti asli kenabiannya yang bayan.
Dia berseru dalam bahasa yang seperti bahasa mereka, dalam sebuah seruan yang maknanya mengkonfirmasi arti dari ucapan mereka. Kemudian ia mengatakan kepada mereka, bahwa mereka tidak akan mampu menciptakan sesuatu yang sebanding dengan bahkan satu surat saja dari kitab yang ia bawa, dan bahwa mereka tidak memiliki kekuatan untuk melakukan hal ini. Mereka semua tersadar mengakui ketidakmampuan, mereka mengakui kebenaran dari apa yang dibawa olehnya dan menjadi saksi atas ketidakberdayaan mereka sendiri.” (At-Taburi)
Dan Al Bayan merupakan julukan Al’Quran yang berarti wacana yang jelas. Al-Qur’an juga mempunyai julukan lainnya, yaitu Al Hikmah (kebijaksanaan) dan Al Furqan (pembeda antara yang benar & yang salah). Lihatlah kejadian yang luar biasa dan tantangan dari Al’Quran. Orang-orang tidak akan pernah mampu menandinginya & bahkan sampai zaman sekarang tidak ada yang mampu menandinginya. Dan seseorang mungkin berkata: "Yah, mungkin memang ada seseorang yang dapat menghasilkan suatu karya yang sebanding dengan Al-Qur'an, tapi mungkin tidak pernah diketahui siapapun. Tapi itu tidak mungkin, jika seseorang memang dapat menulis sesuatu yang sebanding dengan Al’Quran, maka pesan Nabi Muhammad akan hancur, dia akan dipermalukan, dan tak ada seorang pun yang akan mendengarkan dia. Seperti yang tadi saya sebutkan, mereka lebih suka berperang melawan Nabi Muhammad daripada menghasilkan satu surat saja yang menandingi Al’Quran.
Sekarang mari kita lihat apa kata para orientalis yang telah mengakui bahwa Al’Quran tidak mungkin ditiru. E.H. Parmer dalam bukunya The Quran, menulis:
"Penulis Arab terbaik manapun tidak pernah berhasil memproduksi sesuatu dalam tingkat yang sama dengan Al’Quran." (The Quran, E.H. Parmer)
H.A.R. Gibb dalam bukunya Islam: A Historical Survey, berkomentar:
Dalam kurun waktu 1.400 tahun, tidak ada orang yang pernah bermain dalam instrumen yang sangat dalam seperti yang Muhammad lakukan. Instrumen yang sangat kuat dan tegas, sangat berani dan mempunyai berbagai efek emosional. Sebagai sebuah monumen sastra, Al’Quran berdiri dengan sendirinya. Sebuah produksi yang unik dalam literatur Arab & tidak ada yang menjadi pelopor atau penerus Al-Qur’an." (Islam: A Historical Survey, H.A.R. Gibb)
Bahkan para non-Muslim telah mengakui kebenaran Al-Qur’an. Jadi bagaimana mungkin seorang pria yang buta huruf, menghasilkan keindahan yang luar biasa. Bahkan sampai zaman modern sekarang, tidak ada orang-orang Arab yang mampu menghasilkan sesuatu yang menandingi Al-Qur’an. Tidakkah anda berpikir bahwa memang Al’Quran adalah firman Allah, bahwa memang Muhammad S.A.W. adalah utusan Allah? Bukankah memang seharusnya kita semua mengucapkan:
Asyhadu Anla Illaha Illalah wa asyhadu anna Muhammadar Rasulullah
(Aku bersaksi bahwa tidak ada Tuhan selain Allah dan Nabi Muhammad adalah utusan Allah)
Share:

Kesaksian Para Ahli Kitab tentang Kebenaran Islam | Bagian Pertama



DETIK ISLAMI - KEBESARAN ALLAH
Dalam artikel kali ini, kita akan membahas tentang kesaksian para Ahli Kitab (Orang-orang Yahudi dan Kristen).
Ada orang Kristen di Arab yang bernama Waraqah. Dia adalah sepupu jauh Nabi Muhammad S.A.W. dan kerabat dekat Khadijah (istri pertama Nabi Muhammad).
Ketika Nabi Muhammad pertama kali menerima wahyu yang turun dari Gua Hira, dia berlari ketakutan menuruni gunung menuju ke istrinya. Kemudian istrinya (Khadijah) menyarankan untuk mengunjungi Waraqah.

Ketika Waraqah mendengarkan cerita Nabi S.A.W., dia mengatakan bahwa Nabi Muhammad didatangi Roh Kudus (Malaikat Jibril). Kemudian dia berkata: "Sesungguhnya, demi Dia yang menggenggam jiwa Waraqah, kau adalah seorang Nabi, dan telah datang kepadamu malaikat yang pernah datang kepada Musa. Kemudian orang-orang akan menyebutmu pembohong sehingga mereka akan mengusirmu dan melawanmu. Demi Allah, jika umurku panjang, maka aku pasti akan mengikutimu." Dan Waraqah sendiri meninggal tidak lama setelah kejadian itu.
Juga ada sebuah komunitas Yahudi yang hijrah ke Arab karena mengharapkan kedatangan Nabi terakhir di Arab. Bahkan setengah Rabbi Yahudi di Madinah masuk Islam.
Salah satu rabbi Yahudi yang sangat terkenal karena kecerdasannya adalah Abdullah bin Salam. Dia pernah berkata kepada Nabi Muhammad S.A.W.: “Kami tahu namamu, kapan, dan dimana kau akan datang.” Abdullah ibn Salam sendiri masuk Islam. Ketika dia masuk Islam, ia berkata kepada Nabi S.A.W. "Ya Rasulullah, orang-orang Yahudi sangat licik, jadi mari kita uji mereka sebelum mengumumkan ke-Islam-anku.”
Jadi Abdullah ibn Salam mengumpulkan semua orang Yahudi. Kemudian Nabi Muhammad bertanya kepada salah satu Yahudi: "Bagaimana menurutmu jika Abdullah bin Salam masuk Islam?" Mereka berkata: "Semoga Allah melindungi kami dari itu, dia tidak akan pernah menjadi Muslim." Kemudian Nabi Muhammad berkata "Jadi, apa pendapatmu tentangnya?" Dia mengatakan: "Dialah orang yang terbaik di antara kami, orang yang paling berpengetahuan di antara kami, dan orang yang paling bijaksana di antara kami. Tapi dia tidak akan pernah menjadi Muslim." Kemudian Nabi berkata: "Bagaimana pendapatmu jika dia menjadi Muslim?" Mereka berkata: "Dia tidak akan pernah menjadi muslim, semoga Allah melindungi kami dari hal itu."
Dan ketika mereka berkata begitu untuk ketiga kalinya, Abdullah bin Salam keluar dari tempat persembunyiannya dan mengucapkan dua kalimat syahadat: "Asyhadu Anla Ilaha Ilallah Wa Ashyadu Anna Muhammadan Abduhu wa Rassulu." Sehabis dia mengucapkan dua kalimat syahadat, orang-orang Yahudi langsung berkata: "Dialah orang yang paling bodoh di antara kami, yang paling buruk di antara kami, dan yang paling sedikit pengetahuannya di antara kami."
Jadi mereka benar-benar berubah sikap ketika tahu Abdullah bin Salam menjadi Muslim.
Adalagi kisah lainnya tentang Negus raja Abyssinia. Pada masa-masa awal Islam di Mekkah, umat Islam yang miskin sering disiksa oleh orang-orang kafir Mekkah. Di antara golongan yang miskin itu adalah para budak. Karena keadaan semakin buruk, maka mereka memutuskan untuk berhijrah.
Nabi Muhammad S.A.W.  menyarankan pengikutnya untuk pergi ke Abyssinia karena disana ada seorang raja yang selalu berlaku adil. Tetapi kaum Quraisy memiliki hubungan yang sangat baik dengan raja Abyssinia. Dan mereka mengirimkan perwakilan untuk menawan kembali orang-orang Mekkah yang melarikan diri.
Jadi kaum Quraisy mengirimkan perwakilannya menghadap raja Abyssinia dan berkata “Kami memiliki para buronan, mereka telah melarikan diri dari negara mereka dan mereka telah menghina agama nenek moyang kami.” dan terus-menerus mengarang cerita bohong. Jadi Negus memerintahkan para imigran yang datang ke negaranya untuk datang ke pengadilan, dan dia bertanya kepada mereka tentang agama dan kebenaran tuduhan ini.
Dan Jafar bin Abu Thalib yang merupakan pemimpin umat Muslim di Abyssinia berkata kepada raja:
"Wahai Negus Raja Abyssinia, kami merupakan orang-orang bodoh, menyembah berhala, makan bangkai, dan terlibat dalam pelacuran. Kami mengolok-olok tetangga kami, kami menindas saudara kami sendiri, dan yang kuat menindas yang lemah.
Lalu seorang pria muncul di antara kami dan dia dikenal sebagai orang yang jujur dan dapat dipercaya. Orang ini berseru agar kami masuk Islam. Dan dia mengajarkan kami untuk tidak menyembah berhala, tidak saling membunuh,  tidak menipu anak-anak yatim serta mengambil harta mereka, dan selalu bicara jujur. Dia mengajarkan kami untuk berbaik hati kepada tetangga dan tidak memfitnah wanita. Ia menyerukan kepada kami untuk sembahyang, berpuasa, dan memberikan sedekah. Kami mengikutinya, menjauhi penyembahan berhala, serta menahan diri dari segala perbuatan jahat. Karena kehidupan kami mengikuti seruannya, maka kaum kami memusuhi kami dan memaksa kami untuk kembali ke kehidupan lama kami yang salah arah." 
Ketika raja Abyssinia mendengarnya, dia berkata “Tidak mungkin aku akan mengembalikan orang-orang ini kepada kalian, mereka tidak melakukan kesalahan dan mereka bebas untuk tinggal dalam kerajaanku.” Tapi delegasi Quraisy tidak menyerah begitu saja. Salah satu dari mereka berkata kepada Negus:  "Umat muslim mengatakan bahwa Yesus bukanlah Tuhan atau anak Tuhan, mereka mengatakan dia hanya Nabi Tuhan. Tanya saja mereka, jadi sebenarnya mereka menghina agamamu."
Jadi Negus memanggil mereka kembali ke pengadilan pada hari berikutnya dan Jafar bin Abu Thalib sangat khawatir, ia tidak tahu harus berkata apa, tapi dia bertekad untuk bicara jujur.
Jadi Negus bertanya: "Apa menurutmu tentang Yesus?" Jafar berkata: "Kami mengatakan apa yang Nabi kami sabdakan, bahwa ia adalah Rasul Allah, firman-Nya yang diberikan kepada Maria, dan juga ruh-Nya, dan ia diberi kitab bernama Injil."
Dan ketika Negus mendengarnya, dia berkata: “Sesungguhnya Yesus  tidak pernah berkata lebih daripada itu tentang dirinya. Kitab apa ini yang kau baca?" Kemudian Jafar bin Abu Thalib membaca beberapa ayat awal surat al-Maryam, yang menceritakan tentang Yesus (Nabi Isa A.S.) dengan begitu indah. Dan ketika ia membaca ayat-ayat ini, Negus dan orang-orang yang hadir disana mulai menangis, bahkan para uskup mulai menangis karena keindahan ayat-ayat Al’Quran yang menceritakan tentang Yesus. Kemudian Negus berkata: "Sesungguhnya apa yang Nabimu sampaikan dan apa yang Yesus sampaikan adalah dua hal dari sumber yang sama. Kalian bebas untuk tinggal dan hidup dalam Kerajaan-Ku." Bahkan Negus dari Abyssinia masuk Islam. Ia mengakui kebenaran bahwa Muhammad S.A.W.  adalah seorang rasul Allah.
Sekarang aku akan membacakan sebuah kisah yang terkenal dari Sahih Imam Bukhari. Kisah ini mengisahkan ketika Nabi Muhammad sudah berada di Madinah. Pada saat itu, Nabi Muhammad mengirim surat kepada berbagai penguasa dan pejabat di seluruh dunia, termasuk Kaisar Romawi, Persia, Paus di Roma, Negus dari Abyssinia, dan Kaukus pemimpin Kots di Mesir.
Salah satu dari surat-surat itu mencapai Heraclius yang merupakan Kaisar Romawi pada zaman itu. Dan ketika Heraclius menerima surat ini, dia memanggil penerjemahnya. Disana juga ada beberapa orang Arab, salah satunya adalah Abu Sufyan. Kebetulan dia sedang berada di Yerusalem ketika Heraclius menerima surat ini.
Abu Sufyan adalah sepupu Nabi dan ia adalah pemimpin orang kafir Mekkah, jadi dia menentang ajaran Islam dan Nabi Muhammad. Jadi aku akan membacakan kisah itu berdasarkan cerita Abu Sufyan, karena pada akhirnya Abu Sufyan menjadi Muslim. Jadi dia menceritakan kisahnya kepada Abdullah Ibnu Abbas (sahabat Nabi Muhammad S.A.W.), dan Ibnu Abbas mengutipnya.
"Heraclius memanggil penerjemahnya. Penerjemah itu menerjemahkan kata-kata yang Heraclius ucapkan. Dan Heraclius berkata: "Siapa di antara kalian yang berhubungan erat dengan pria yang mengaku sebagai nabi?" Kemudian aku menjawab: “Akulah kerabat yang paling dekat dengannya." Kemudian Heraclius berkata: “Panggil dia dan para sahabatnya ke hadapanku!"
"Heraclius kemudian memberitahu sahabatku bahwa ia ingin bertanya kepadaku tentang orang itu (Muhammad), dan jika aku berbohong pastilah cerita Nabi Muhammad bertentangan dengan ceritaku. Jadi kami berada di pengadilan Heraclius. Kemudian Heraclius berkata: "Baiklah, suruh temanmu berdiri di belakangmu dan jika ia berbohong, maka kau harus memberitahuku." Demi Allah, seandainya aku tidak takut bahwa temanku akan menjulukiku seorang pembohong, aku tidak akan berbicara jujur tentang Nabi Muhammad."
Jadi Heraclius mengajukan pertanyaan pertama kepadaku 'Apa status keluarganya di antara kaummu?' Jawabku (Abu Sufyan) 'Dia berasal dari keluarga bangsawan di antara kami.'
Dan Heraclius bertanya: “Apakah di antara kaummu pernah ada yang mengaku sebagai nabi?” Aku menjawab: “Tidak.”
“Apakah ada di antara nenek moyangnya yang menjadi raja?" tanya Heraclius. Sekali lagi aku (Abu Sufyan) menjawab "Tidak."
Heraclius bertanya: “Apakah para bangsawan atau orang miskin mengikutinya?”Aku menjawab: “Hanya orang-orang miskin yang mengikutinya.”
Kemudian Heraclius bertanya lagi “Apakah pengikutnya bertambah atau berkurang ?” Aku menjawab: "Mereka bertambah.”
Kemudian dia bertanya: 'Apakah ada di antara orang-orang yang memeluk agamanya merasa tidak senang dan meninggalkan agamanya?' Aku menjawab: "Tidak."
Heraclius kemudian bertanya:  “Apakah kau pernah menuduhnya berbohong sebelum dia mengaku sebagai nabi?" Sekali lagi aku menjawab "Tidak."
Heraclius berkata: “Apakah dia melanggar gencatan senjatanya?" Aku menjawab: "Tidak. Kami sedang dalam gencatan senjata dengannya dan kami tidak tahu apa yang dia akan lakukan.”
aku tidak bisa menemukan kesempatan untuk mengatakan apa-apa melawan Nabi waktu itu. 
Kemudian Heraclius bertanya: “Apakah kau pernah berperang dengannya?" Dan Aku berkata "Ya.” “Apa hasil dari pertempuran itu?" "Kadang-kadang kami menang dan kadang-kadang dia yang menang."
Dan kemudian Heraclius bertanya: 'Apa yang dia perintahkan kepadamu?" Dan Aku menjawab: "Dia menyuruh kami untuk menyembah Allah dan tidak menyembah apa-apa selain daripada-Nya dan untuk meninggalkan semua yang nenek moyang kami katakan. Dia memerintahkan kami untuk berdoa, untuk bicara jujur, untuk menghindari pelacuran, dan untuk menjaga hubungan baik dengan kawan-kawan dan kerabat.“
Heraclius meminta penerjemahnya untuk menyampaikan pesan sebagai berikut. "Aku bertanya tentang keluarganya dan jawabanmu adalah dia berasal dari keluarga yang sangat mulia. Faktanya, semua nabi berasal dari keluarga bangsawan di antara bangsa mereka masing-masing.
Aku bertanya apakah ada orang lain di antara kalian yang pernah mengaku-ngaku sebagai nabi, dan kau menjawab tidak ada. Jika saja jawabanmu pernah ada, aku menduga orang ini hanya meniru apa yang orang itu katakan.
Lalu aku bertanya apakah dari nenek moyangnya ada yang seorang raja. Dan kau berkata "tidak." Andai saja kau mengatakan "Ya", aku menduga bahwa orang ini mencoba untuk mengambil kembali tahta kerajaannya. Dengan kata lain, dia menggunakan kedok kenabian untuk mencoba dan mengambil kembali tahta kerajaannya.
Lalu aku bertanya apakah dia pernah dituduh berbohong sebelum dia mengaku sebagai nabi. Dan kau mengatakan "tidak". Maka, bagaimana mungkin orang yang tidak pernah berbohong kepada orang lain, berbohong kepada Allah?
Dan kemudian aku bertanya apakah orang kaya atau orang miskin yang mengikutinya. Kau mengatakan bahwa orang-orang miskin yang mengikutinya. Dan begitulah para nabi, mereka selalu diikuti orang-orang miskin yang lemah dan tertindas.
Kemudian aku bertanya apakah pengikutnya bertambah atau berkurang. Kau bilang mereka bertambah, dan itulah tanda keimanan yang benar. 
Lebih jauh aku bertanya apakah ada orang yang  tidak senang setelah memeluk agamanya dan meninggalkannya. Dan kau berkata "Tidak." Faktanya inilah tanda-tanda iman yang benar, yaitu kegembiraan memasuki hati dan bersatu dalam diri seseorang.
Aku bertanya apakah dia pernah berkhianat. Kau mengatakan "Tidak." Dan sesungguhnya para nabi tidak pernah berkhianat.
Aku bertanya apa yang ia perintahkan kepadamu. Dan kau mengatakan bahwa ia memerintahkanmu untuk menyembah Allah dan tidak menyembah selain daripada-Nya, dan melarangmu menyembah berhala dan menyuruhmu untuk berdoa,  untuk berbicara kebenaran, dan tidak melakukan percabulan.
Jika apa yang kau katakan benar, ia akan segera menempati kerajaan ini di bawah kakiku. Aku tahu ramalan kedatangannya dari kitab suci (Bible) tapi aku tidak tahu bahwa ia berasal dari kaummu. Jika saja aku bisa menemuinya, pasti aku akan segera pergi untuk bertemu dengannya. Dan jika aku bersamanya, aku akan mencuci kakinya.”
Heraclius kemudian meminta surat dari Nabi Muhammad yang dikirim oleh Dihya kepada Gubernur Busra, dan kemudian surat itu diteruskan kepada Heraclius. Dan inilah isi surat itu:
"Dengan nama Allah Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang. Dari Muhammad seorang hamba Allah dan Rasul-Nya kepada Heraclius penguasa Bizantium.  Semoga kesejahteraan mengikuti seseorang yang berada pada jalan kebenaran. Lebih jauh, aku mengundangmu untuk masuk Islam. Dan jika kau menjadi seorang Muslim, maka kau akan aman, dan Allah akan melipatgandakan pahalamu. Dan jika kau menolak untuk masuk Islam, maka kau melakukan dosa karena telah menyesatkan rakyatmu: "Wahai orang-orang Ahli Kitab! Datanglah kepada persamaan dengan kami, bahwa kami tidak menyembah sesuatu selain Allah. Kemudian, jika mereka berpaling, katakanlah: Saksikanlah bahwa kami adalah umat Muslim." (3:64) 
"Ketika Heraclius selesai berpidato dan telah membaca surat itu, ada rasa haru dan tangisan yang terdengar di Pengadilan Agung. Dan kami keluar dari ruang pengadilan. Aku berbincang-bincang dengan temanku tentang Ibnu Abi Kabsha. (Ibnu Abi Kasha adalah sebuah julukan untuk Nabi S.A.W.) urusannya telah menjadi begitu besar sehingga bahkan Raja Bizantium takluk padanya. Dan kemudian aku mulai menjadi yakin bahwa dia akan menjadi penguasa dalam waktu dekat sampai akhirnya aku masuk Islam."
Ini cerita yang luar biasa. Bagaimana Heraclius tahu bahwa ada seorang nabi yang akan datang? Kita akan membicarakannya dalam tulisan berikutnya. Ada beberapa ayat dalam Bible yang menunjukkan bahwa akan datang seorang Nabi setelah Yesus. Dan Nabi itu adalah Nabi Muhammad S.A.W.
Share:

Cari Artikel Di Sini.

Advertice

loading...

Recent

Kitab AlHikam

WebAris.Id

Copyright © Irsyah Putra
Author by Healthy Life | Support by WebAris.Id