Twitter Facebook Delicious Digg Stumbleupon Favorites More

Thursday, April 6, 2017

Kisah Ibu yang Menyesal Setelah Bayinya Meninggal Karena Memaksakan ASI Ekslusif … Luangkan Waktu Untuk Membacanya!!!!

bayi dehidrasi

Sebuah kisah tentang ibu yang menyesal karena mengikuti protokol dari rumah sakit anak tempat ia melahirkan. “Landon akan berusia 5 tahun hari ini jika ia masih hidup. Kebanyakan anak akan mulai masuk taman kanak-kanak pada usia ini.

 Tapi tidak buah hatiku. Aku ingin berbagi cerita ini sejak lama tentang apa yang terjadi pada Landon, tapi aku selalu takut apa yang orang lain katakan dan bagaimana aku akan dihakimi. Tapi aku ingin orang tahu seberapa besar sakit dan penyesalan yang aku rasakan,” kata Jillian seperti dimuat di The Fed.

Cerita berawal dari kelahiran Landon. Anak pertama pasangan Johnson tersebut lahir di rumah sakit yang menyebut instansinya sebagai ‘rumah sakit ramah anak’. Artinya, jika ibu tidak menderita penyakit berat seperti kanker, maka setiap bayi yang dilahirkan harus mendapatkan ASI ekslusif dari ibunya.
Sementara Jillian didiagnosa memiliki failed and delayed lactogenesis II, yakni memiliki faktor risiko untuk gagal atau produksi ASI yang tertunda sebagaimana diidentifikasi oleh konsultan IBCLC-laktasi. Penyebabnya beragam, mulai dari diabetes, PCOS, masalah dengan infertilitas, puting kecil dan tidak berkembang selama kehamilan, serta menjadi seorang ibu baru lewat operasi cesar darurat.
Meskipun begitu, dia didorong untuk menyusui secara eksklusif, sesuai dengan kebijakan rumah sakit untuk mendorong para ibu memberi ASI eksklusif. Jill dipantau dengan ketat oleh perawat, konsultan laktasi dan dukungan dokter. Pelekatan bayinya juga dinilai sangat baik.
Saat dilahirkan, berat Landon sekitar 3,7 kg dan dalam tiga hari, berat badannya menurun sekitar 9,7%.
“Setelah dilahirkan, Landon sempat dikirim ke Unit Ibu dan Bayi. Dia dikembalikan kepadaku 2,5 jam kemudian untuk disusui. Landon mendapatkan ASI eksklusif selama 15 – 40 menit setiap 1-2 jam,” jelas Jillian.
Sebagai ibu baru, Jillian selalu berusaha untuk mendengar apapun kata dokternya. Termasuk saat ia menyampaikan keluhan bahwa ia merasa ASI yang keluar dari payudaranya terlalu sedikit. Ia merasa kondisi inilah yang membuat anaknya tersebut terus menangis.
Namun dokter di rumah sakit terus memotivasi Jillian untuk menyusui anaknya apapun yang terjadi. Ia menyampaikan bahwa reaksi Landon yang menangis terus menerus, disebabkan karena beberapa bayi memang perlu beradaptasi lebih lama dibanding bayi lainya.
Saat Jillian berkonsultasi dengan ahli laktasi di rumah sakit soal Landon, ahli laktasi itu mengatakan bahwa ia telah memulai awalan yang baik dengan pelekatan yang sempurna. Sekalipun riwayat polycystic ovarian syndrome (PCOS) membuat hormonnya hanya memproduksi sedikit ASI.
Ahli laktasi menyarankan bahwa PCOS yang membuat produksi ASI-nya sedikit tersebut dapat diatasi dengan obat herbal saat mereka keluar dari rumah sakit nantinya.
“Pada 24 jam pertama, aku telah menyusui Landon selama 9,3 jam. Tidak ada popok basah karena kencing yang perlu diganti dan jumlah popok yang harus diganti karena kotor berjumlah 4 popok.”
Ia melanjutkan, “Dalam 27 jam pertama, Landon telah kehilangan 4,76% berat badannya. Sesi menyusuinya juga menjadi lebih sering dan bertambah lama. Sampai-sampai ia berada di payudara terus-menerus pada hari kedua kehidupannya. Pada hari kedua, ia menghasilkan 3 popok basah.”
Kendati sudah curiga bahwa ada yang aneh dengan bayinya, Jillian masih merasa tenang karena dokter terus mengontrol kesehatannya yang masih dalam masa pemulihan paska cesar dan kesehatan bayinya.

Share:

Dulu Aku Merebut Suami Orang, Sekarang.. Balasan yang Sama Datang

dulu-aku-merebut-suami-orang-sekarang-balasan-yang-sama-datang

Siapapun pernah ingin bunuh diri, setidaknya sekali dalam hidupnya. Dan itupun kualami sekitar 10 tahun yang lalu, saat aku sebagai seorang gadis di usia puncaknya berhadapan dengan orang tua yang terlalu over protective, mengatur dan di mataku hanya ingin menang sendiri dan ‘not to mention’ kepala batu. Terutama ayahku.
Dalam kegalauan karena gagalnya kisah-kisah percintaan dan perjodohanku karena campur tangan orang tuaku, aku nekat untuk mengakhiri hidup dengan caraku. Aku mendaftarkan diri menjadi relawan untuk organisasi kemanusiaan yang memiliki program khusus di daerah konflik dan rawan. Hal ini kusengaja selain sebagai bentuk protesku kepada ayah dan ibuku, juga untuk menyelesaikan hidup penuh frustasiku dengan harapan ada sebutir peluru yang mampir ke kepalaku atau sebilah parang yang bisa mengakhiri hidupku. Sebuah pemikiran ekstrim untuk seorang gadis di usiaku yang belum mencapai 30 tahun saat itu. Namun itulah yang terjadi karena akumulasi kekecewaan sekaligus kemarahanku kepada ayah dan ibuku.
Singkat cerita aku meninggalkan orang tuaku dan keluargaku di Pulau Jawa. Selepas wisuda sarjana di bidang medis, aku mulai berpetualang dengan tim relawan dimana aku ditunjuk sebagai koordinatornya. Di daerah konflik yang aku datangi, tugas kami hanyalah berkisar di antara masalah kesehatan, pemberdayaan masyarakat dan hal-hal lain yang bersifat sosial dan kemanusiaan.
Untuk memperlancar komunikasi dan mencairkan interaksi dengan penduduk asli, kami dipandu oleh seorang pemuda lokal yang di mata masyarakat sesama sukunya, adalah pemuda yang disegani dan cukup terpandang bukan saja karena garis keturunannya yang berasal dari seorang ‘panglima perang’ sukunya, namun juga karena kecerdasannya yang didapatkan saat menjadi aktivis di beberapa organisasi lokal kedaerahan yang diikutinya. Di mataku dia sangat berbeda dengan mitos yang ada serta anggapanku sebelumnya tentang sifat dan karakter dari penduduk lokal, karena selain cerdas, dia juga sangat perhatian, lemah lembut dan sangat melindungi kami, khususnya anggota tim yang perempuan.
Hingga tak sadar muncul simpati dari hatiku yang notabene juga sedang mencari tambatan atas segala kekecewaan yang telah membuatku berada di ambang frustasi. Kami mulai saling memiliki ketertarikan dan kemudian ‘jatuh hati’. Namun sayang seribu sayang, dia akhirnya mengakui bahwa dirinya telah memiliki pasangan dan dengan pasangannya dia telah memiliki seorang anak laki-laki.
Aku kaget, kecewa, patah hati dan kemudian berusaha untuk menjauh. Aku tak mau menjadi ‘benalu’ bagi dirinya dan pasangannya. Bahkan demi menjaga agar tak terjadi kesalahpahaman, akupun menemui perempuan yang menjadi pasangannya dan berbicara dari hati ke hati. Kami sepakat untuk saling menghormati dan saling menjaga perasaan masing-masing sebagai perempuan yang terlanjur sama-sama menyayangi laki-laki yang sama. Tepatnya aku mengalah.
Tapi yang terjadi selanjutnya adalah sesuatu yang biasa terjadi pada sebuah cinta segitiga. Singkatnya seluruh faktor yang melingkupi hubungan kami pada waktu itu justru semakin mendekatkan kami, terutama dia yang ternyata tak mau kehilangan aku. Hingga pada satu moment akhirnya terjadilah apa yang harus terjadi, si perempuan pasangannya meninggalkan dirinya dan anak laki-lakinya karena pertikaian terus terjadi pada mereka berdua.
Dengan sumpah serapahnya, perempuan yang merupakan pasangan dari laki-laki itu menimpakan kesalahan pada diriku. Aku dianggap sebagai biang keladi retaknya hubungan cinta mereka, ayah kandung anak laki-lakinya.
Akupun merasa bersalah, mencoba melarikan diri darinya. Namun dalam pelarian dan persembunyianku darinya, justru kondisi ragaku tak mampu mendukung niatku. Akupun jatuh sakit dan dialah yang merawatku setelah dengan berbagai cara bisa menemukanku. Dan dalam kegalauan terpuncak yang bisa dirasakan oleh seorang perempuan, akhirnya aku meminta dia untuk ‘menikahiku atau meninggalkanku’, dan tentu saja dia menikahiku walau harus memeluk agama keyakinanku sebagai sarat mutlaknya.
Kami menikah, tanpa restu dan kehadiran kedua orang tuaku (yang memang tak kuinginkan terjadi, karena aku tahu pasti mereka akan menolak mentah-mentah ‘kegilaanku’ ini). Kami segera dikaruniai anak perempuan yang lucu, dan rumah tangga kamipun sempat berjalan selama hampir 7 tahun lamanya, saat akhirnya kusadari bahwa ‘pemberontakan’ terbesarku, upaya ‘mengakhiri hidupku’ justru mengarahkanku pada jalan berliku yang menuntunku pada satu hal.
Kemarahanku kepada orang tuaku sekian tahun lalu, nyatanya berbalik memukulku dengan sangat keras dan nyata. Di akhir tahun ke 7 pernikahanku dengannya, kami bercerai. Dan alasan perceraian kami, tidak kurang dan tidak lebih sama dengan kisah yang mengawali seluruh kisah percintaan kami, yakni: cinta segitiga.
Ya, aku yang pernah menjadi ‘orang ketiga’ untuk hubungan cinta antara dua anak manusia akhirnya harus memainkan peran yang berbeda dalam sebuah cinta segitia. Dan sekali lagi, seolah semua perjalanan dalam sepenggal hidupku ini telah menunjukkan bahwa; murkaku kepada orang tuaku di masa gadisku dulu, kini akhirnya berbalik dengan keras meninjuku. Telak.
“What goes around, comes around…”
Kini, 10 tahun sejak pertemuanku dengan dia, aku tinggal dengan anak perempuanku, kembali ke Pulau Jawa dan menekuni kembali perjalanan hidupku. Aku bukan sebagai gadis muda yang mencari mati seperti dulu, namun menjadi ibu dan single parent yang berusaha untuk tetap hidup dan menjalani kehidupan bagi anak perempuanku.
Karena kenyataannya, sampai hari ini, anak perempuanku yang belum berusia 4 tahunpun, belum pernah sama sekali pun bertemu dan melihat ayah kandungnya. Pemuda kekar yang melindungiku dan menjauhkanku dari berbagai macam peluru dan parang yang saat itu justru kunanti dan kucari sebagai cara untuk mengakhiri hidupku. Dan ini semua mungkin juga karena doa dari ayah ibuku yang kinipun telah tiada.

Share:

Renita Sukardi Sempat Patah Semangat, Suami Contohkan Sosok Julia Perez

c3b85ca8-fa3e-408c-859c-55892e7a7139_43

Aktris Renita Sukardi sempat patah semangat ketika tahu mengidap penyakit kanker payudara. Apalagi kini penyakitnya sudah masuk ke stadium 3B.
Sang suami, Hilmi mengaku terus menguatkan Renita di kala sedang terpuruk. “Saya bilang, ya mau diapain, ini penyakit dari Allah, terima atau ngga terima ya mau gimana. Tapi akhirnya dia bisa terima dia bisa lebih tegar, lebih bersemangat, tadinya sudah patah semangat,” papar Hilmi ditemui di RSCM, Jakarta Pusat, Rabu (5/4).
“Tapi sekarang dia sudah lebih sabar, lebih ikhlas,” sambung Hilmi menjelaskan.
Hilmi tak menyerah memberi semangat kepada Renita. Sampai-sampai ia mencontohkan sosok Julia Perez yang juga terkena kanker serviks namun belum juga keluar dari rumah sakit.
“Dia kan suka nangis tuh, saya bilang, ‘tuh lihat Julia Perez, dia lebih parah dari kamu,’ terus istri bilang, ‘iya tapi kan dia nggak sakit tulang belakang (rapuh) saya bilang lagi, ‘jangan selalu membuat dirimu merasa lebih sengsara daripada orang lain, orang itu mungkin jauh lebih sengsara dari kamu tapi nggak ditunjukin,” paparnya lagi.

Share:

Kenakan Rok Pendek, Syahrini Lecehkan Hijab?

49c63186fb41335295d51fbc3f738932-064006800_1491270550-syahrini47

Syahrini baru saja menyelesaikan ibadah umrah di Tanah Suci Mekah, belum lama ini. Setelahnya, ia melanjutkan perjalanan ke Istanbul, Turki, untuk jalan-jalan sekaligus syuting.
Selama umrah hingga ke Turki, pemilik jargon “sesuatu” ini pun tak melepaskan hijabnya. Dalam video singkat di akun Instagram Story, Senin (4/4/2017), Syahrini pun menjelaskan alasan dirinya tetap menutup kepalanya dengan jilbab.
Continuity, karena selama 40 hari malaikat masih mengikuti jejakku. Jadi semua aurat ditutup,” ujar Syahrini.
Alih-alih memuji penampilan baru Syahrini, sebagian warganet malah mengecam . Mereka justru melontarkan komentar pedas atas pemilihan pakaian yang dikenakan Neng van Bogor ini. Kenapa?
Syahrini memang menutup kepalanya dengan hijab hitam. Namun baju yang dikenakan wanita berusia 34 tahun itu begitu pendek, dan legingnya pun begitu ketat sehingga lekuk kakinya pun terlihat jelas. Bagi sebagian orang ini sama saja tidak menutup aurat.
Seperti akun @widi.asri menulis, “Hadeeehhh..pakaiannya benar”sangat tidak pantas…sadaaar ooiiii…
Berhijab tapi kaya telanjang.. sadar mbak Allah itu maha melihat… ngelecehin agama itu namanya.. Astagfirullah,” lanjut akun @gyeoul.id.
Dan akun @elsamd_ menimpali, “Sebenernya niatnya mau nutup aurat, atau pamer aurat sih?
Ini bukan kali pertama Syahrini, melakukan ibadah umrah ke Tanah Suci. Dan dalam perjalanan ibadahnya kali ini di sela-sela waktu senggangnya, saat berada di Kota Mekah, Syahrini, juga melakukan syuting video klip untuk lagu religi.
Melihat kelakuan Syahrini tersebut, para warganet pun bereaksi. Mereka pun melontarkan komentar negatif untuk mantan teman duet Anang Hermansyah itu.

Share:

Cari Artikel Di Sini.

Advertice

loading...

Recent

Kitab AlHikam

WebAris.Id

Copyright © Irsyah Putra
Author by Healthy Life | Support by WebAris.Id